Kabar Baik Dari Sri Mulyani Kala Dunia Menuju 'Kegelapan'

cha, CNBC Indonesia
Jumat, 23/09/2022 08:50 WIB
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani usai mengikuti rapat tertutup di Istana Kepresidenan Jakarta. (Foto: Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ramalan dunia yang lebih 'gelap' akibat berbagai dinamika geopolitik yang memicu sejumlah krisis pada tahun depan bukanlah isapan jempol semata. Situasi ini bahkan sudah diingatkan oleh Bank Dunia (World Bank) dalam laporan terbarunya.

Lembaga internasional tersebut memproyeksikan perekonomian global dapat kembali terpangkas hingga 0,5% pada 2023 mendatang, tak lepas dari langkah agresif yang dilakukan bank sentral di banyak negara di berbagai belahan dunia.


Bank Indonesia (BI) memperkirakan kondisi perekonomian global berisiko tumbuh lebih rendah, yang disertai dengan tingginya tekanan terhadap inflasi dan ketidakpastian di pasar keuangan. Pada tahun depan, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan lebih besar.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan bank sentral, penurunan perekonomian akan terjadi di negara denganĀ kekuatan ekonomi terbesar seperti Amerika Serikat (AS) dan China. Bahkan, ada risiko resesi di sejumlah negara-negara maju.

Di samping itu, volume perdagangan dunia diperkirakan akan tetap rendah. Sementara itu, di tengah perlambatan ekonomi, disrupsi pasokan meningkat sehingga mendorong harga energi bertahan di level tertinggi.

"Tekanan inflasi global semakin tinggi seiring dengan ketegangan geopolitik, kebijakan proteksionisme yang masih berlangsung, serta terjadinya fenomena heatwave di beberapa negara," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers.

Saat ini, kata Perry, inflasi di negara maju maupun negara berkembang lainnya meningkat. Bahkan inflasi inti berada dalam tren meningkat sehingga mendorong bank sentral di banyak negara melanjutkan kebijakan moneter agresif.

"Perkembangan terkini menunjukkan kenaikan Fed Fund Rate yang lebih tinggi dan diprakirakan masih akan meningkat. Perkembangan tersebut mendorong semakin kuatnya mata uang dolar AS dan semakin tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global, sehingga mengganggu aliran investasi portofolio dan tekanan nilai tukar di negara-negara emerging market, termasuk Indonesia," kata Perry.

Saat dunia dihantui dengan 'awan gelap' tahun depan, Menteri Keuangan Sri Mulyani membawa kabar baik. Setidaknya, ini bisa menjadi modal Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi tahun depan yang penuh dengan tantangan.

Berbicara dalam Acara Puncak Rakernas Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Tahun 2022, Sri Mulyani menyebut perekonomian Indonesia berhasil bertahan dan kini telah kembali bangkit pasca dihantam pandemi Covid-19.

"Artinya, pemulihan ekonomi telah terjadi secara masif dan meluas di Indonesia. Bahkan, kalau mau dibandingkan pun banyak negara Asia Tenggara bahkan negara G20 yang ekonominya belum pulih dari masa sebelum pandemi," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani menyebut kalau hanya sedikit negara yang GDP-nya sudah melewati masa pre-pandemic atau tahun 2019, bahkan hal itu dicapai di pertengahan tahun. Banyak negara Asean, G20, sampai hari ini belum mencapai atau belum pulih ekonominya seperti pre-pandemic.

Dalam beberapa kesempatan sebelumnya, Sri Mulyani sudah pernah menyatakan bila GDP Indonesia telah pulih ke level di masa pandemi sejak kuartal II-2021. Pada kuartal II-2021 GDP Indonesia menyentuh Rp 2.773 triliun, sedikit di atas kuartal II-2019 yang mencapai Rp 2.735.

Pemulihan ekonomi Indonesia pada 2021 sudah melewati level sebelum Covid-19 dari sisi GDP. Adapun persentasenya adalah 1,6% di atas GDP 2019. Meskipun APBN dibebani penanganan Covid-19, Sri Mulyani bilang tambahan utang dan defisit anggaran bisa terkendali dibandingkan negara lain.

"Ada yang mencapai defisitnya double digit, 10-15%, dan bahkan ekonominya belum pulih. Defisit kita di 2020 di 6%, turun ke 4,7% (di 2021), dan tahun ini kita harap turun lagi. Artinya ini kita gunakan instrumen keuangan negara dan daerah secara hati-hati, proper, dan bertanggung jawab" ungkap Sri Mulyani.


(cha/cha)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bank Dunia: Kelas Menengah RI Dirundung Pelemahan Daya Beli