Kabar Baik! ADB Proyeksi Ekonomi RI Bisa Tumbuh 5,4% di 2022

hadijah, CNBC Indonesia
Rabu, 21/09/2022 12:20 WIB
Foto: Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (27/8/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Asian Development Bank (ADB) memperkirakan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,4% pada tahun ini.

ADB Senior Economist Henry Ma mengungkapkan bahwa angka ini mengalami revisi ke atas dari sebelumnya sebesar 5%. Dia melihat konsumsi akan terus membaik hingga akhir tahun.


"Apa yang kami lihat, investasi akan baik. Hanya baik, tidak sekuat yang kami harapkan tetapi tidak buruk. Ini karena adanya peningkatan pada ketidakpastian," paparnya.

Sementara itu, belanja pemerintah tidak akan menopang banyak karena adanya konsolidasi fiskal. Adapun, ekspor yang menjadi penopang kuartal I dan kuartal II akan mengalami perlambatan. Tetapi, Henry melihat adanya kenaikan kunjungan turis ke Indonesia.

"Dari semua itu, kami masih melihat pertumbuhan kuat sebesar 5,4% tahun ini," tegasnya.

Henry melihat adanya perbaikan setelah ekonomi Indonesia dihantam oleh pandemi dan efek geopolitik. Dia mencatat ada sumbangan pertumbuhan yang kuat dari kuartal I dan kuartal II-2022 akibat kinerja ekspor.

"Pertumbuhan ekspor telah meraih perhatian tetapi seperti yang dilihat dari figur, belanja domestik telah cukup kuat karena aktivitas telah kembali normal," paparnya dalam ADO Update 2022 Press Briefing, Rabu (21/9/2022).

Alhasil, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II mencapai 5,44%, lebih tinggi dari kuartal I. Menurutnya, ketika angka infeksi Covid-19 berangsur turun, belanja masyarakat meningkat. Hal ini tampak dari belanja di sektor transportasi dan makanan serta minuman.

Ke depannya, Henry melihat prospek pertumbuhan tetap kuat pada semester II-2022 karena ada indikator ekonomi yang kuat.

Salah satunya adalah harga komoditas Indonesia, seperti batu bara dan CPO yang mengerek ekspor. Sayangnya, kenaikan tersebut dibarengi dengan kenaikan harga minyak mentah dan pangan yang diimpor Indonesia.

Kenaikan ekspor tidak terjadi pada nilai, tetapi juga tampak pada volume. Alhasil, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sejak pertengahan 2020.

Meski kinerja ekspor cukup bagus, Henry mengingatkan tantangan ke depannya yang akan mulai dirasakan pada awal 2023. Menurutnya, Indonesia sudah mulai merasakan gejolak dari eksternal. Pada Juni-Juli, volatilitas meningkat.

Buktinya, spread CDS 5 tahun dan SPN 10 tahun untuk surat utang pemerintah juga mengalami kenaikan pada periode tersebut, sebelum turun dan stabil di kisaran 7,1% dan 6,7% masing-masing pada Agustus 2022.

"Tetapi, ini harus kita awasi ketika kita masuk 2023," ungkapnya. Kendati pertumbuhan bisa mencapai 5,4%, tetapi ADB melihat adanya perlambatan pada tahun depan.

ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5% tahun depan, dibandingkan proyeksi sebelumnya 5,2%.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: AMRO Ungkap Risiko Pembengkakan Rasio Utang RI Terhadap PDB