
'Malapetaka' Baru Muncul di Afrika, Negara Mulai Gelap Gulita

Jakarta, CNBC Indonesia - 'Malapetaka' krisis listrik kini melanda benua Afrika. Setidaknya ini terjadi di ekonomi termaju wilayah itu, Afrika Selatan (Afsel).
BUMN listrik negara itu, Eskom, mengumumkan serangkaian pemadaman yang direncanakan dalam minggu-minggu mendatang. Warga diminta berhemat, dengan mematikan pompa kolam renang serta pemanas air di jam sibuk, dan kantor didesak mematikan listrik di malam hari.
"Jika semua orang memainkan peran mereka, kami dapat mengelola permintaan," kata bos Eskom, Andre De Ruyter kepada wartawan, dikutip AFP, Rabu (21/9/2022).
"Mengembangkan kapasitas pembangkitan skala besar yang efisien akan memakan waktu", tambah CEO itu.
Dari delapan level, krisis listrik di Afsel sudah di level enam. Sejak Juni, konsumsi energi terus meningkat tapi produksi terus tertekan.
Kenaikan suhu pada September ini makin membuat permintaan listrik naik. Namun Eskom kerusakan tinggi infrastruktur menyebabkan produksi menurun drastis.
Eskom sudah lama bergelut dengan tuanya pembangkit. Perawatan juga gagal seiring sejumlah unjuk rasa, skandal, salah urus dan korupsi.
Demonstrasi pekerja yang memadamkan listrik sumpat terjadi Juni. Eskom kala itu menerapkan pemadaman bergilir "Tahap 2" dan naik ke "Tahap 4".
Eskom sendiri menganggap tindakan karyawan sebagai imtimidasi. Karena ada blokade yang dilakukan di jalan-jalan menuju pembangkit listrik.
Eskom sendiri terus dibebani dengan tumpukan utang besar mendekati 400 miliar rand atau setara Rp372 triliun. Reformasi Eskom merupakan prioritas pemerintahan Presiden Cyril Ramaphosa, namun upaya untuk meningkatkan kinerja pembangkit listrik belum membuahkan hasil.
Perlu diketahui, Afsel menghasilkan 80% listriknya dari batu bara. Namun berdasarkan konferensi perubahan iklim COP26 di Glasgow, Inggris, tahun lalu, Afsel telah mendapat 7,7 miliar euro untuk transisi energi.
Sebelumnya, krisis energi juga jadi ancaman sejumlah negara Eropa. Di antaranya Yunani, Spanyol, Italia dan Jerman.
Minimnya pasokan energi dan harga yang tinggi, sebagai dampak perang Rusia ke Ukraina, menjadi penyebab. Eropa banyak bergantung ke gas Rusia.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krisis Energi Merambat ke mana-mana? Afsel Bakal Gelap Gulita