
RI-Rusia Juru Selamat 'Kiamat' Energi China, Ini Buktinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Impor batu bara China dari Rusia dan Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini terjadi tatkala Negeri Tirai Bambu menghadapi kebutuhan energi yang membengkak dalam fenomena cuaca panas ekstrem di negara itu.
Data dari Administrasi Umum Kepabeanan China yang dirilis Selasa (20/9/2022) menunjukkan bahwa kedatangan batu bara Rusia bulan lalu mencapai 8,54 juta ton, naik dari puncak sebelumnya sebanyak 7,42 juta ton pada Juli dan 57% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Angka bulanan tersebut merupakan yang tertinggi sejak statistik pembanding dimulai pada 2017.
Impor dari Rusia telah melonjak dalam beberapa bulan terakhir karena Eropa menangguhkan pembelian dari negara itu setelah mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina. Ini memaksa Negeri Beruang Merah untuk menjual batu baranya ke negara lain dengan harga yang didiskon.
Meski begitu, harga batu bara Rusia telah mengalami lonjakan baru-baru ini akibat peningkatan pembelian dari China dan India. Batu bara termal Rusia dengan kalori 5.500 kkal dijual ke China berada di harga sekitar US$ 155 (Rp 2,32 juta) per ton pada akhir Agustus, naik dari sekitar US$ 150 per ton sebulan sebelumnya.
"Harga batu bara Rusia telah naik karena China dan India meningkatkan pembelian. Tetapi masih lebih murah daripada batu bara domestik dengan kualitas yang sama," kata para traders kepada Reuters.
Data juga menunjukkan peningkatan impor dari Indonesia. Bahkan, peningkatan ini mencapai 35% lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya.
"China membawa 15,82 juta ton bahan bakar kotor dari pemasok utamanya Indonesia pada Agustus, 35% lebih tinggi dari Juli," seperti dirangkum data tersebut.
Peningkatan pembelian batu bara Indonesia terjadi karena harga yang lebih murah mendorong China memesan lebih banyak. Pada bulan Agustus, batu bara termal Indonesia dengan kalori 3.800 kkal lebih murah sekitar 170 yuan daripada batu bara China dengan kualitas yang sama.
China sendiri telah mengalami krisis listrik akibat gelombang panas yang melanda negara itu. Fenomena alam ini membuat bendungan air yang biasanya digunakan untuk menghasilkan listrik tak dapat digunakan karena mengering.
Di saat Beijing mengalami kekurangan listrik, kebutuhan energi justru bertambah pesat. Ini didorong oleh semakin banyaknya penggunaan pendingin ruangan atau AC oleh masyarakat.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eaaaa.. Diam-diam China Borong Terus Batu Bara Rusia
