Dunia Gelap & Resesi Didepan Mata, Ekonomi RI Bisa Tumbuh 5%?

News - haa, CNBC Indonesia
20 September 2022 15:25
Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (27/8/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) Foto: Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (27/8/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan bisa terancam turun ke kisaran di bawah 5%. Kondisi ini dipicu oleh ancaman resesi yang akan dialami oleh dunia pada 2023.

Kondisi gelap gulita sudah diingatkan oleh Bank Dunia (World Bank) di dalam laporan terbarunya. Lembaga internasional tersebut memperkirakan ekonomi global dapat kembali terpangkas hingga 0,5% pada 2023, akibat sikap agresif dari bank sentral di banyak negara dunia. 

Ekonom Senior, Anton Hermanto Gunawan mengungkapkan melihat PDB RI di akhir 2022 masih bisa di kisaran 5%. Namun, tahun depan, dia melihat ekonomi berpotensi mengalami tekanan di tahun 2023 seiring dengan ancaman resesi global.

Meskipun, efek resesi global tidak akan signifikan terhadap ekonomi Indonesia, tetapi penurunan itu tetap ada

"Walau tidak akan besar untuk Indonesia, tapi bisa membawa growth Indonesia sedikit di bawah 5%," ungkapnya dalam Power Lunch, CNBC Indonesia, Selasa, (20/9/2022).

Seperti diketahui, konsumsi dan ekspor menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Konsumsi, katanya, akan dipengaruhi oleh efek secondary dari inflasi.

Sementara itu, ekspor Indonesia akan bergantung pada pergerakan harga komoditas global.

"Tahun depan kalau terjadi resesi, kita mengkhawatirkan harga-harga commodity termasuk permintaan commodity pun akan cenderung menurun," paparnya.

Satu-satunya hal yang bisa diharapkan pada tahun depan adalah investasi. Seperti diketahui, Indonesia telah menerbitkan UU Cipta Kerja. Anton berharap UU ini dapat menjadi menjadi basis bagi pertumbuhan investasi ke depannya.

"Tapi kalau itu terhambat lagi daya dorong untuk Indonesia itu akan sedikit banyak terhambat ditambah dengan adanya resesi yang mengurangi net ekspor kita," kata Anton.

Ekonom Bank Mandiri, Dian Ayu Yustina menyebutkan dampak perang di tengah pandemi telah memberikan risiko perlambatan ekonom dunia. Namun, risiko rambatan terhadap ekonomi Indonesia diperkirakan tidak akan signifikan.

"Kalau hanya perlambatan ekonomi global, saya pikir dampaknya tentunya ada tapi tidak akan terlalu besar karena basis konsumsi kita cukup besar," kata Dian, dalam Power Lunch, CNBC Indonesia, dikutip Selasa(20/9/2022).

Menurutnya, porsi masyarakat kelas menengah di Tanah Air cukup besar. Sementara itu, Indonesia tengah berada dalam fase pemulihan. Dia melihat masyarakat masih berbelanja dan melakukan perjalanan.

Hal ini dapat menopang ekonomi Indonesia ke depannya. "Kalau ada potensi perlambatan kami pikir tidak akan besar mungkin sekitar -0,1 atau -0,2%. Misalnya dari 5,2% menjadi 5%," ujarnya.

Direktur Celios Bhima Yudhistira memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan akan sulit mencapai 5%.

"Sepertinya cukup menantang untuk tumbuh 5% proyeksinya 4.6-4.9% yoy," kata Bhima. Dia mengingatkan dampak resesi global Indonesia dari sisi perdagangan.

"Kalau terjadi resesi secara global, surplus perdagangan yang selama ini dibangga-banggakan itu bisa berubah menjadi defisit perdagangan," ujarnya.

Hal ini harus diantisipasi karena akan mengurangi pendapatan masyarakat. Dia menilai masyarakat yang rentan miskin di Indonesia cukup besar dan itu yang paling terdampak jika gejolak terjadi sehingga kelompok ini juga harus diberikan perlindungan sosial.

"Bukan hanya masyarakat miskin, masyarakat rentan miskin juga harus diberikan bansos," ungkapnya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Negara yang Diramal Lolos Badai Resesi, Ini Tanda-tandanya!


(haa/haa)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading