BPH Migas: Pembatasan BBM Subsidi Sangat Mendesak

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
20 September 2022 09:31
Sejumlah kendaraaan mengisi BBM di salah satu SPBU Pertamina, Jakarta, Kamis (1/9/2022). PT Pertamina (Persero) resmi menurunkan tiga harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi di seluruh provinsi mulai hari ini, Kamis, 1 September 2022. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Sejumlah kendaraaan mengisi BBM di salah satu SPBU Pertamina, Jakarta, Kamis (1/9/2022). PT Pertamina (Persero) resmi menurunkan tiga harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi di seluruh provinsi mulai hari ini, Kamis, 1 September 2022. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah diminta untuk segera mengundangkan revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak. Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Saleh Abdurrahman mengatakan saat ini dibutuhkan landasan hukum agar BBM subsidi semakin tepat sasaran.

Menurut dia, konsumsi BBM subsidi melonjak pada 2022 karena pemulihan ekonomi usai pandemi Covid-19. Meski begitu, masih banyak masyarakat mampu yang lebih memilih membeli BBM subsidi karena harganya lebih murah.

Adapun kata Saleh, ada dua penyalahgunaan BBM subsidi. Pertama adalah penyalahgunaan BBM subsidi ke ranah pidana, di mana kasus ini mengalami peningkatan dalam empat bulan terakhir.

"Kedua yang tidak tepat sasaran itu, yang banyak dibahas. Kan, kalau data BPS dan Kementerian Keuangan tuh sekian persen itu tidak tepat sasaran. Artinya orang itu sebutlah tidak butuh subsidi itu mampu beli. Tetapi karena harganya (lebih murah) segitu, ya mereka pilih itu," katanya dikutip dari keterangan resmi, Selasa (20/9/2022).

Guna mencegah pendistribusian tidak tepat sasaran, Saleh menegaskan, diperlukan pendistribusian secara tertutup. Sehingga subsidi energi bisa tepat sasaran sesuai dengan Undang-Undang Energi.

"Subsidi tertutup jadi solusinya. Orang yang berhak dapat subsidi dicek diverifikasi kalau boleh dapat QR Code," terangnya.

Senada dengan Saleh, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno mengatakan, BBM subsidi diperuntukkan bagi masyarakat yang masuk dalam kategori tidak mampu atau kurang mampu. Untuk itu, revisi Perpres 191/2014 harus segera diundangkan agar masyarakat memiliki panduan mengenai penerima yang berhak mendapatkan BBM subsidi.

"Sejak April tahun ini kita sudah meminta kepada pemerintah untuk segera melakukan revisi dari Perpres 191 tahun 2014 itu, dengan cara menempelkan kira-kira apa saja yang diperlukan, yang dipersyaratkan, bagi mereka untuk bisa menerima BBM subsidi. Alias artinya dirinci siapa-siapa saja kalangan masyarakat yang berhak untuk menerima BBM subsidi," ungkapnya.

Dia mencontohkan, jenis kendaraan yang tidak berhak membeli BBM subsidi adalah sepeda motor di atas 250 cc dan mobil di atas 1500 cc. Namun, pembatasan ini tetap membutuhkan landasan hukum melalui revisi Perpres 191/2014.

"Kenaikan harga dari BBM kemarin atau dalam bahasanya penyesuaian harga BBM itu tidak akan mampu menyelamatkan volume BBM kalau detailnya itu tidak dikuatkan di dalam payung hukum. Oleh karena itu kami berharap agar segera Perpres itu bisa segera direvisi supaya masyarakat memiliki arahan yang jelas," terangnya.

Dengan adanya aturan pembatasan BBM subsidi, Eddy menambahkan, akan mempermudah dalam pengawasan maupun penindakan hukum kepada pihak pihak nakal.

"Kita juga sudah bisa melakukan pengawasan yang ketat, termasuk tindakan hukum di lapangan. Jangan sampai nanti sudah ada peraturannya tapi pengawasan tindakan hukum masih lemah. Dengan adanya peraturan itu, saya kira sudah ada notifikasi untuk melakukan tindakan hukum pada mereka yang melanggar tersebut," tutupnya.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tren Konsumsi Petralite Terus Naik, Kuota BBM Subsidi Aman?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular