Pasokan Ketat, Harga Minyak Kembali 'Mendidih'

Market - Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
20 September 2022 07:10
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia menguat karena kekhawatiran pasokan yang ketat melebihi kekhawatiran bahwa permintaan global dapat melambat karena dolar AS yang kuat dan kemungkinan kenaikan besar pada suku bunga.

Harga minyak Brent ditutup menguat 0,71% ke US$ 92 per barel pada perdagangan kemarin (19/9/2022). Sedangkan jenis light sweet West Texas Intermediate (WTI) naik 0,73% ke US$ 85,73 per barel.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC+) gagal mencapai target produksi minyaknya sebesar 3,58 juta barel per hari (bph) pada Agustus, sebuah dokumen internal menunjukkan. Pada bulan Juli, OPEC+ meleset dari targetnya sebesar 2,89 juta barel per hari.

"Survei produksi OPEC+ yang jauh di bawah kuota mereka untuk Agustus membuat pasar merasa bahwa mereka sama sekali tidak dapat meningkatkan produksi mereka jika permintaan pasar pulih," kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston.

Kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dan keperkasaan indeks dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot telah menekan harga.

Dollar index (yang mengukur kinerja si greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya) tercatat 109,737. Posisinya tipis di bawah puncak tertinggi 20 tahun yakni 110,214.

Harga minyak mentah yang dibanderol dengan greenback menjadi lebih mahal untuk pembeli yang memegang mata uang lain dan mengurangi permintaan terhadap si emas hitam tersebut.

Selain itu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) juga akan menggelar pertemuan untuk membahas kebijakan moneter terbarunya pada 21-22 September 2022, yang diprediksikan akan kembali menaikkan suku bunga acuannya untuk meredam inflasi yang meninggi.

Taruhan dari kenaikan suku bunga acuan tersebut adalah perlambatan ekonomi hingga resesi. Kala ekonomi lesu, konsumsi minyak mentah akan terdampak negatif. Saat permintaan turun, harga mengikuti.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Artikel Selanjutnya

Breaking News: Minyak Mentah Memanas, Harganya Melejit 5%!


(ras/vap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading