Internasional

'Kiamat' Ini Bikin Amerika Makin Suram: Tenaga Kerja Hilang

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
20 September 2022 11:00
Bendera Amerika Serikat berkibar setengah tiang di US Capitol di Washington, DC, Kamis (8/9/2022) setelah meninggalnya Ratu Elizabeth II dari Inggris. (Photo by OLIVIER DOULIERY/AFP via Getty Images)
Foto: Bendera Amerika Serikat berkibar setengah tiang di US Capitol di Washington, DC, Kamis (8/9/2022) setelah meninggalnya Ratu Elizabeth II dari Inggris. (Photo by OLIVIER DOULIERY/AFP via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sempat menjadi negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia, Amerika Serikat (AS) kini tengah menghadapi 'kiamat' lainnya. Yakni kurangnya tenaga kerja yang membuat limbung banyak industri.

Meski perusahaan menawarkan bonus dan gaji yang tinggi, pekerjaan yang ditawarkan tak kunjung mendapatkan staf. Ada banyak alasannya.

Melansir Washington Post Selasa (20/9/2022), salah satunya adalah stres bekerja di pekerjaan yang kekurangan staf. Ini memainkan peran besar dalam tuntutan pekerja.

Para pekerja yang kelelahan berada di bidang pendidikan, perawatan kesehatan, dan industri kereta api. Mereka mundur dari pekerjaannya setelah berbulan-bulan kekurangan staf.

"Jika Anda melihat sektor seperti panti jompo, sekolah lokal, rel kereta api, pekerjaan telah jatuh seperti batu," kata seorang profesor ekonomi di Universitas Brandeis dan mantan kepala ekonom Departemen Tenaga Kerja AS, Lisa Lynch.

"Dan dengan itu, Anda melihat peningkatan nyata dalam aksi buruh dan aktivitas pemogokan. Orang-orang lelah dan terlalu banyak bekerja," tambahnya.

Meskipun ekonomi AS telah secara resmi memulihkan 20 juta pekerjaan yang hilang pada awal pandemi Covid-19, kenaikannya tidak merata. Kekurangan besar tetap ada, terutama di industri berupah rendah yang kehilangan pekerja karena peluang gaji yang lebih tinggi di pergudangan, konstruksi, dan layanan profesional dan bisnis.

Sektor industri perhotelan dan rekreasi saja, masih turun 1,2 juta pekerja dari Februari 2020. Sementara sekolah umum kehilangan hampir 360.000 pekerja. Untuk perawatan kesehatan, ada 37.000 posisi belum terisi. Sementara itu transportasi kereta api kekurangan 12.500 pekerja.

Menurut analisis Kamar Dagang AS dari data Departemen Tenaga Kerja, kekurangan tenaga kerja paling menonjol di ritel, di mana sekitar 70% lowongan pekerjaan tetap tidak terisi. Sisanya adalah manufaktur (sekitar 55%) dan rekreasi dan perhotelan (45%).

"Ketika Anda melihat pekerjaan yang mengalami kesulitan dalam perekrutan, itu adalah pekerjaan dengan jam kerja yang sangat panjang, jadwal yang tidak fleksibel, gaji yang tidak besar dan tunjangan yang terbatas," kata seorang profesor di Sekolah Bisnis Kenan-Flagler University of North Carolina yang berfokus pada keuangan dan ekonomi tenaga kerja, Paige Ouimet.

"Menjalankan pekerja Anda seperti ini-meminta mereka untuk melakukan 20, 30% lebih banyak karena Anda kekurangan staf- ini adalah strategi jangka pendek. Anda akan terus kehilangan orang," imbuhnya.

Dalam banyak kasus, pengusaha mulai menaikkan upah dengan harapan dapat menarik pekerja baru. Kenaikan upah tertinggi terjadi di industri dengan bayaran terendah, seperti perhotelan, di mana pendapatan per jam rata-rata naik 8,6% dari tahun lalu, dibandingkan dengan peningkatan 5,2% untuk semua pekerja.

Tetapi sementara kenaikan gaji itu mungkin tidak cukup jauh dalam menarik atau mempertahankan pekerja, para ekonom mengatakan mereka berkontribusi terhadap inflasi. Restoran, maskapai penerbangan, perusahaan perawatan kesehatan, dan penyedia transportasi semuanya mengenakan biaya lebih, sebagian karena kenaikan biaya tenaga kerja.

China

''Kiamat" di sektor serupa tapi tak sama juga melanda China. Jika AS sibuk mencari pekerja, di Tirai Bambu, pekerjaan justru 'hilang' yang menyebabkan banyaknya pengangguran. 

Dalam laporan CNN International, tingkat pengangguran kaum muda telah mencapai level tertinggi tahun ini. Pada Maret, angkanya mencapai 15,3% dan pada April berada di level 18,3%.

Angka ini pun terus naik untuk beberapa bulan. Di Juli angkanya mencapai 19,9%.

"Tingkat turun sedikit menjadi 18,7% pada bulan Agustus, tetapi masih tetap di antara yang tertinggi," tutur Biro Statistik Nasional China, dikutip Selasa (20/9/2022).

Menurut data lama yang sama, populasi pemuda perkotaan sebesar 107 juta. Persentase ini sendiri berarti menunjukkan ada 20 juta orang berusia 16 hingga 24 tahun yang tidak memiliki pekerjaan.

Sayangnya belum ada data yang mengukur pemuda pedesaan.

"Ini tentu saja merupakan krisis pekerjaan terburuk bagi kaum muda di China dalam lebih dari empat dekade," ujar rekan senior Yayasan Jamestown di Washington D.C., Willy Lam.

"Pengangguran massal merupakan tantangan besar bagi Partai Komunis. Memberikan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas pekerjaan adalah kunci legitimasi Partai."

Tingginya angka pengangguran ini sendiri terjadi tatkala beberapa perusahaan teknologi China mulai melakukan perampingan dalam organisasinya. Raksasa e-commerce Alibaba baru-baru ini mengurangi tenaga kerjanya lebih hingga dari 13.000 dalam enam bulan pertama tahun ini.

"Ini adalah pengurangan terbesar dalam jumlah karyawan sejak Alibaba terdaftar di New York pada 2014," menurut data laman yang sama.

Tencent, raksasa media sosial dan game, melepas hampir 5.500 karyawan dalam tiga bulan hingga Juni. Ini adalah kontraksi tenaga kerja terbesar dalam lebih dari satu dekade terakhir.

"Pentingnya pemotongan industri teknologi terbaru ini tidak dapat diremehkan," kata analis senior China di Foundation for Defense of Democracies, Craig Singleton.

Singleton menyebut krisis pekerjaan ini dapat merusak ambisi Presiden Xi Jinping. Xi diketahui ingin mengubah negara itu menjadi pemimpin inovasi dan negara adidaya teknologi global dalam dua hingga tiga dekade mendatang.

"Pemotongan terbaru ini merupakan ancaman ganda bagi Beijing ke depan. Tidak hanya ribuan orang yang tiba-tiba kehilangan pekerjaan, tetapi sekarang raksasa teknologi China ini akan memiliki lebih sedikit karyawan yang memenuhi syarat untuk membantu mereka berinovasi dan meningkatkan skala untuk menghadapi pesaing Barat mereka," tambahnya.


(tfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar Tenaga Kerja AS Masih Solid, Siap Lepas dari Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular