Ini Bedanya Nikel untuk Stainless Steel vs Baterai EV

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Senin, 19/09/2022 17:30 WIB
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah RI saat ini tengah gencar menggenjot pengembangan baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/ EV). Mengingat, salah satu bahan baku pembuatan baterai yakni bijih nikel sangat berlimpah di Indonesia.

Namun, perlu diketahui bahwa produk nikel olahan sendiri dibagi ke dalam dua kelas, yaitu nikel kelas satu dan kelas dua.

Nikel kelas satu dibutuhkan sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik. Nikel kelas satu ini seperti nickel matte dan identik dengan produk nikel yang diolah melalui teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) atau hydrometalurgi seperti Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan nickel hydroxide (NiOH). Adapun jenis bijih yang bisa diolah menjadi produk nikel kelas satu ini biasanya berkadar rendah di bawah 1,5% atau dikenal dengan limonit.


Sedangkan nikel kelas dua digunakan untuk produk stainless steel, seperti Nickel Pig Iron (NPI) dan feronikel. Bijih nikel yang diolah pun biasanya berkadar tinggi di atas 1,5% atau saprolite nickel.

"Nah kelas satu ini yang kita bicarakan terkait industri baterai. Ini kelas one. Jadi di Indonesia mempunyai kedua kelas bijih nikel. Jadi kita bersyukur sehingga kita memiliki sumber daya bijih nikel yang menjadi bahan baku untuk stainless steel dan EV battery," kata Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Nico Kanter dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Senin (19/9/2022).

Adapun dalam pengembangan baterai kendaraan listrik, Nico membeberkan bahwa Antam telah memulai kerja sama dengan perusahaan global ternama seperti CATL melalui Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co., Ltd. (CBL) dan LG Energy Solution (LGES).

Dalam kerja sama tersebut perusahaan bakal menyediakan sumber daya nikel hingga pembangun smelter baik berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) maupun High Pressure Acid Leaching (HPAL).

Perusahaan juga telah menandatangani perjanjian kerangka kerja atau framework agreement antara konsorsium LGES dengan Antam dan IBC mengenai komitmen kerja sama secara end to end pembangunan industri EV battery di Indonesia. Begitu juga dengan perusahaan asal China yakni CBL.

"CBL ini perusahaan EV battery terbesar di dunia. LG itu produsen baterai nomor 2 dunia. Kenapa CBL terbesar karena di pasarnya di China dan mereka juga terbesar di sana. Kalau LG itu pasarnya di Eropa dan Amerika marketnya," kata dia.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Indonesia Terancam Banjir Limbah Baterai EV Dalam 3 Tahun