Pabrik Baterai EV Jadi, RI Masih Gak Bisa Lepas dari China!

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
19 September 2022 15:10
Ilustrasi baterai pada mobil listrik yang dikemas dalam komponen yang aman. electrec.co
Foto: Ilustrasi baterai pada mobil listrik yang dikemas dalam komponen yang aman. electrec.co

Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana RI untuk menjadi produsen baterai kendaraan listrik dunia rupanya masih tidak bisa lepas dari peran negara lain, salah satunya yakni China.

Direktur Hubungan Kelembagaan Mind ID Dany Amrul Ichdan menjelaskan bahwa ketergantungan Indonesia pada negara lain, termasuk China, untuk pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/ EV) ini tak lain karena ada bahan baku baterai EV yang tidak dimiliki Indonesia, sehingga masih harus diimpor.

Dany menjelaskan, komponen bahan baku baterai kendaraan listrik sebagian besar atau 80% merupakan bersumber dari bijih nikel, sehingga memang tak perlu mengimpor. Indonesia sendiri saat ini merupakan produsen bijih nikel terbesar di dunia.

Namun, masih ada sekitar 20% bahan baku baterai lainnya masih tergantung pada negara lain. Misalnya, lanjutnya, seperti lithium yang kebutuhannya mencapai 70 ribu ton per tahun yang selama ini diimpor dari China, Chili dan Australia.

"Terbesar ada lithium, kebutuhannya 70 ribu ton per tahun yang selama ini impor dari China, Chile dan Australia dan proses pengolahan di China," kata Dany dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Senin (19/9/2022).

Kemudian, selain lithium, terdapat juga kebutuhan bahan baku baterai berupa graphite dengan total 44 ribu ton per tahun. Adapun bahan baku ini juga harus didatangkan dari China, Brazil hingga Mozambik.

"Ketiga, ada mangan sulfat dan kobalt, itu besarnya masing-masing 12 ribu ton per tahun dan ini masih impor. Jadi 20% selain nikel, kita masih impor," ujarnya.

Meski demikian, perusahaan saat ini tengah menyusun strategi agar ketergantungan terhadap produk impor bisa ditekan seminimal mungkin. Salah satunya yakni melalui aksi korporasi dengan mengambil tambang lithium di luar negeri.

"Paling tidak ketergantungan impor bisa dikurangi dan kita melihat masa depan IBC (Indonesia Battery Corporation) sebagai investment company untuk melakukan berbagai terobosan aksi korporasi," katanya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IBC-Antam Bakal Pegang 40% di Pabrik Baterai EV Bareng CATL

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular