Ini Jurus MIND ID Biar Bahan Baku Baterai EV Tidak Impor

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
19 September 2022 16:25
Lithium (AP/Dado Galdieri)
Foto: Lithium (AP/Dado Galdieri)

Jakarta CNBC Indonesia - Holding BUMN tambang MIND ID berencana untuk mengakuisisi tambang lithium di luar negeri guna mendukung pengembangan baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/ EV) di Indonesia. Mengingat, 20% bahan baku baterai selama ini masih bergantung pada pasokan di negara lain.

Direktur Hubungan Kelembagaan Mind ID Dany Amrul Ichdan menjelaskan bahwa Indonesia memang tak perlu mengimpor bahan baku utama baterai EV, yakni bijih nikel. Terlebih, Indonesia saat ini merupakan produsen bijih nikel terbesar di dunia dan 80% komponen bahan baku kendaraan listrik berasal dari bijih nikel.

Namun demikian, sisanya sebesar 20% bahan baku untuk baterai kendaraan listrik masih bergantung pada negara lain, seperti China, Chili dan Australia. Adapun bahan baku yang masih perlu diimpor tersebut salah satunya yaitu lithium.

"Kita perlu menyusun peta jalan kemandirian agar kita tidak tergantung pada produk impor walau 20% jumlahnya. Apakah kita melakukan aksi korporasi untuk mengambil tambang lithium di luar negeri ataukah seperti apa, IBC sedang membuat peta jalan, paling tidak ketergantungan impor ini dikurangi," kata dia dalam RDP bersama Komisi VII DPR RI, Senin (19/9/2022).

Lebih lanjut, ia merinci bahan baku baterai seperti lithium misalnya, kebutuhannya dapat mencapai 70 ribu ton per tahun yang selama ini diimpor dari China, Chili dan Australia.

Kemudian, selain lithium terdapat juga kebutuhan bahan baku baterai berupa graphite dengan total impor 44 ribu ton per tahun. Adapun bahan baku tersebut juga harus didatangkan dari China, Brazil hingga Mozambik.

Berikutnya yakni bahan baku seperti mangan sulfat dan kobalt yang besarnya masing-masing mencapai 12 ribu ton per tahun.

"Dan ini masih impor. Jadi 20% selain nikel kita masih impor," ujarnya.

Untuk diketahui, Holding BUMN baterai yakni Indonesia Battery Corporation (IBC) menyampaikan saat ini pihaknya tengah membangun pabrik baterai kendaraan listrik di wilayah Karawang, Jawa Barat hasil kerja sama dengan konsorsium asal Korea Selatan, LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group. Pabrik ini pun digadang gadang akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.

Direktur Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengatakan pabrik tersebut rencananya akan memulai produksinya pada tahun 2024. Adapun produksi baterai dari Karawang ini rencananya akan diserap oleh Hyundai.

"Di 2024 pabrik LG yang diproduksi dengan Hyundai dan nanti kerja sama dengan kami ini pabrik EV terbesar di ASEAN," kata dia.

Lebih lanjut Toto mengatakan kapasitas produksi baterai pada pabrik tersebut di tahun 2024 ditargetkan dapat mencapai 10 Giga Watt hour (GWh). Meski demikian, periode yang paling penting bagi Indonesia adalah pada 2025-2026, di mana pada tahun tersebut RI bakal memproduksi baterai secara masal dengan bahan baku nikel dari dalam negeri.

"Salah satu manfaat dari proses ini adalah transisi energi bisa dilihat di sini kalau kita konversi hampir target 30% di 2030 bahwa kita secara potensi bisa menurunkan hampir 30 juta barel per tahun dari impor dengan harga sekarang hampir mendekati angka US$ 5-6 miliar per tahun," katanya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh, Mau Jadi Raja Baterai Tapi RI Harus Impor Bahan Baku Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular