Global Diramal Kena Resesi di 2023, Ekonomi RI Aman Gak Sih?

News - hadijah, CNBC Indonesia
19 September 2022 08:50
Jokowi, Sri Mulyani & 'Triple Horror' yang Kian Menjadi Nyata Foto: Infografis/ Jokowi, Sri Mulyani & 'Triple Horror' yang Kian Menjadi Nyata/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat global Fitch Ratings memangkas proyeksi produk domestik bruto (PDB) global 2022 menjadi 2,4%.

Lembaga tersebut mengutip inflasi tinggi, krisis energi dan normalisasi kebijakan suku bunga global sebagai motor resesi global. Fitch meyakini zona Euro dan Inggris sekarang diperkirakan memasuki resesi akhir tahun ini.

AS diperkirakan bahwa AS akan mengalami resesi ringan pada pertengahan 2023. Ekonomi AS bakal susut 1,7% tahun ini dan 0,5% pada 2023. Zona Euro akan berkontraksi sebesar 0,1% pada 2023 akibat dampak krisis gas alam.

Pemulihan China dibatasi oleh pembatasan pandemi Covid-19 dan kemerosotan sektor properti yang berkepanjangan. Fitch memperkirakan pertumbuhan menjadi 2,8% tahun ini dan pulih menjadi 4,5% tahun depan, revisi turun masing-masing 0,9 dan 0,8 persentase poin.

"Kami melihat badai yang sempurna untuk ekonomi global dalam beberapa bulan terakhir, dengan krisis gas di Eropa, percepatan tajam dalam kenaikan suku bunga dan kemerosotan properti yang semakin dalam di China," kata Brian Coulton, Kepala Ekonom Fitch Ratings.

Lalu, bagaimana nasib ekonomi Indonesia jika global mengalami resesi?

Ekonom Bank Mandiri, Dian Ayu Yustina membenarkan adanya risiko perlambatan ekonomi global yang dipicu oleh lonjakan inflasi akibat perang Ukraina dan Rusia.

Kondisi inflasi yang tinggi tersebut direspons dengan kenaikan suku bunga secara global sehingga risiko perlambatan ekonomi tersebut mencuat.

"So far Indonesia masih mendapatan cushion, masih ada bantalan dari shock ekonomi global karena Indonesia adalah negara eksportir komoditas," paparnya dalam Power Lunch, CNBC Indonesia dikutip Senin (19/9/2022).

Dia mengungkapkan ekspor Indonesia luar biasa tinggi. Bahkan, surplus neraca perdagangan pada Agustus 2022, mencapai US$ 5,76 miliar.

"Ini menjadi semacam, bantalan bagi perekonomian, jadi PDB kita masih bagus di kuartal II, dengan pertumbuhan 5,4%," lanjutnya.

Dia mengingatkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dapat mempengaruhi inflasi dan berdampak pada perlambatan ekonomi Indonesia. Namun, dia mengatakan dampaknya baru akan terasa tahun depan.

Saat itu, ketika dunia mengalami perlambatan, permintaan ekspor terhadap komoditas Indonesia pun akan menurun. Padahal pada kuartal II, pendorong kinerja ekonomi Indonesia adalah konsumsi dan ekspor.

Indonesia yang memiliki hubungan dagang dengan banyakk negara tidak akan terisolasi dari perlambatan global.

"Tahun depan jika ada risiko penurunan harga komoditas global, penurunan demand dari berbagai negara, bisa jadi ekonomi Indonesia juga terimbas dari resesi global ini," tegasnya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Soal Resesi Global 'Ojo Dibandingke', Ekonomi RI Kuat Kok!


(haa/haa)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading