Dear Warga RI, Kurangi Beras Impor Agar Inflasi Gak Jebol!

Hadijah, CNBC Indonesia
Rabu, 14/09/2022 15:35 WIB
Foto: Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo Saat Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi Tahun 2022, Kamis (18/8/2022). (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai laju inflasi pangan di dalam negeri yang mencapai 8,93% per Agustus 2022 masih cukup tinggi. Angka ini sebenarnya turun dari 11,47% pada Juli 2022.

"Bulan lalu sudah turun 8,9% dari 11,47% pada bulan Juli, tapi 8,69% ini masih tinggi," ungkapnya dalam Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah Pengendalian Inflasi Tahun 2022, Kamis (14/9/2022).


Inflasi harga pangan bergejolak mestinya turun ke kisaran maksimum 5%. Oleh sebab itu, pengendalian inflasi pangan menjadi penting untuk dilakukan untuk berbagai pihak, mulai dari pemerintah pusat hingga daerah.

Pengendalian inflasi ini juga dalam rangka menyejahterakan masyarakat. Salah satu hal yang diingatkan Gubernur BI adalah upaya menekan konsumsi bahan pangan impor, termasuk beras premium dari luar negeri.

Menurut Perry, stok beras di Indonesia sangat cukup. Namun, harga beras sering kali meningkat signifikan.

"Kita kelebihan, tetapi kenapa harga beras tinggi?" ungkapnya.

"Barang kali di antara kita yang lebih suka makan beras atau nasi, kenapa berasnya harus premium yang harus diimpor ya? kenapa gak dari daerah saya, Delangu atau dari Jawa Timur sama-sama enaknya. Ini barang kali yang dilakukan," lanjut Gubernur BI.

Selain itu, dia menambahkan agar substitusi beras masyarakat tidak menyasar gandum yang notabennya harus diimpor. Sebagai catatan, bahan pangan impor selama ini mengalami kenaikan akibat perang dan terbatasnya pasokan.

Alhasil, harganya naik tinggi dan berisiko menyumbang efek imported inflation kepada Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Inflasi Inggris Betah di Level Tinggi Pada Mei 2025