
Jokowi Beri Sinyal Bisa Beli Minyak Rusia, Tapi..

Jakarta, CNBC Indonesia - Wacana pemerintah melakukan impor minyak mentah dari Rusia kembali ramai diperbincangkan setelah Presiden Joko Widodo menginginkan hal itu terealisasi. Namun demikian, untuk merealisasikan wacana tersebut tidaklah mudah.
Direktur Utama Pertamina Periode 2006-2009, Ari Soemarno mengatakan dari segi politis, wacana impor minyak mentah asal Rusia sebenarnya bisa saja dilakukan. Mengingat, negara G7 beranggotakan Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, dan Prancis tidak menghalangi negara lain untuk pembelian minyak dan gas ke Rusia.
"Kita lihat saja contohnya jepang. Jepang masih impor LNG dengan jumlah yang besar dari Rusia yang sampai sekarang gak pernah ada hambatan. India juga sudah impor dari Rusia sejak lama. Jadi kendala politis itu gak ada," ujar Ari dalam Squawk Box, CNBC Indonesia (Selasa, 13/09/2022).
Meski tidak ada kendala dari segi politis, namun menurut Ari bahwa kendala justru terdapat di bagian teknis implementasi impor minyak dari Rusia itu sendiri. Pasalnya, negeri beruang merah itu saat ini kena sanksi sehingga berdampak pada teknik komersial finansial dan logistik.
"G7 sendiri menyatakan tidak akan menghalangi untuk negara lain membeli dari Rusia. Tetapi memang masalahnya di teknis," katanya.
Belum lagi persoalan pembayaran yang dilakukan Indonesia atas pembelian minyak asal Rusia. Indonesia tidak bisa melakukan pembayaran sebagaimana perdagangan biasa dalam bentuk dollar maupun euro.
"Saya lihat memang kendala teknis murni untuk implementasinya dari aspek komersial finansial dan logistiknya karena tadi udah gak bisa bayar pakai euro pakai dolar ya rusia mintanya dalam Rubel. Nah Rubel kita bisa cari dari mana," kata dia.
Sementara, Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri, Dendi Ramdani menilai terdapat risiko yang perlu dihitung jika nantinya Indonesia melakukan impor minyak dari Rusia. Namun paling tidak terdapat dua hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, jika nantinya RI merealisasikan impor minyak dari Rusia, ia berharap agar prosesnya dapat melalui government to government. Kemudian yang kedua, proses transaksinya dapat dilakukan dengan sistem barter. "Karena kemungkinan settlement finansialnya akan ada complicated. Oleh sebab itu dengan barter saya pikir mungkin akan lebih baik dari sisi keuangan," kata dia.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gokil! Negara Ini Malah 'Panen' dari Perang Ukraina, RI Ikut?
