Internasional

'Malapetaka' Baru di Bumi Kini Hantam Hongkong, Ini Buktinya

News - Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
13 September 2022 19:54
Hong Kong (REUTERS/Bobby Yip) Foto: REUTERS/Bobby Yip

Jakarta, CNBC Indonesia - Hong Kong kini dilanda gelombang panas. Wilayah administrasi khusus China ini telah memecahkan dua rekor panas untuk September dalam waktu kurang dari seminggu pada Selasa (13/9/2022).

Observatorium Hong Kong mencatat suhu 35,4 derajat Celcius pada sore ini, memecahkan rekor suhu tertinggi pada bulan September 2022. Padahal Senin, tinggi suhu berada pada angka 35,3 Celcius, mengalahkan rekor suhu panas sejak 1963.

"Karena udara kering dari daratan (China), kami memperkirakan cuaca akan cerah dan panas dari minggu ini hingga awal minggu depan," jelas observatorium itu, melansir AFP.

Hong Kong sendiri memang memiliki suhu yang sangat lembab. Biasanya, suhu panas lebih rendah dibanding daratan.

Namun ini menjadi intens di musim panas sejak Juli. Suhu rata-rata hingga Agustus adalah 29,2 Celcius, menjadikannya musim panas terpanas keempat sejauh ini.

Sebelumnya, China daratan, khususnya wilayah selatan, sejak bulan lalu telah mencatat periode suhu tinggi. Ini terlama semenjak pencatatan 60 tahun yang lalu.

Gelombang panas memicu kekeringan yang menghancurkan pertanian. Itu juga menyebabkan kekurangan listrik yang karena tak berfungsinya pembangkit listrik hidro (PLTA), di tengah meningkatnya kebutuhan pendingin udara (AC) warga.

'Malapetaka' yang sama juga melanda Eropa. Fenomena gelombang panas sejak Mei dan kurangnya curah hujan yang parah membawa sungai-sungai besar kering.

Di Prancis, Sungai Loire terlihat permukaannya dan menyebabkan manusia bisa menyeberang, berjalan kaki, dengan mudah di beberapa tempat. Bukan hanya itu, kejadian yang sama juga terjadi di Sungai Rhine, Jerman dan Sungai Po Italia.

Rhine, sungai terpanjang dan turpentine di Eropa, terancam menutup lalu lintas komersial. Perlu diketahui, sungai sepanjang 1.320 km itu menghubungkan pelabuhan utama Rotterdam di Belanda melalui jantung industri Jerman dan lebih jauh ke selatan ke Swiss yang terkurung daratan.

Sementara Pho telah mengalami kekeringan terburuk yang membawa sejumlah artefak Perang Dunia II di dasarnya muncul, termasuk tongkang sepanjang 50 meter dan bom. Padahal 30% pertanian berada di sana.

Sama seperti China, suhu panas juga makin mengancam energi misalnya Norwegia. Negara Eropa utara itu sangat bergantung pada pembangkit listrik tenaga air.

"Kami belum pernah melihat tingkat kekeringan ini dalam waktu yang sangat lama," kata analis senior Eropa dan kebijakan iklim di The Economist Intelligence Unit, Matthew Oxenford, dikutip CNBC International.

Sementara itu, sejumlah analis mengatakan gelombang panas terjadi karena perubahan iklim. Ini membuat suhu semakin tinggi dan kekeringan intens.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Ribuan Warga Eksodus dari Hong Kong, Ada Apa?


(tfa/sef)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading