Internasional

Demo Besar Ancam Guncang Ekonomi AS, Biden 'Turun Gunung'

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
13 September 2022 19:10
President Joe Biden signs a condolence book at the British Embassy in Washington, Thursday, Sept. 8, 2022, for Queen Elizabeth II, Britain's longest-reigning monarch and a rock of stability across much of a turbulent century, who died Thursday after 70 years on the throne. She was 96. (AP Photo/Susan Walsh)
Foto: AP/Susan Walsh

Jakarta, CNBC Indonesia - Demonstrasi besar-besaran serikat pekerja kereta api kini mengancam Amerika Serikat (AS). Rencana para buruh akan melakukan mogok massal jika keinginan mereka tak mencapai kata sepakat 16 September nanti.

Asosiasi Kereta Api Amerika bahkan memperingatkan kejatuhan ekonomi yang curam jika terjadinya pemogokan. Hal ini bahkan membuat Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden turun langsung menengahi permasalahan itu.

Dalam pernyataannya Biden mengaku bersama anggota kabinet telah menghubungi serikat pekerja dan perusahaan. "Untuk mencoba mencegah pemogokan," kata seorang pejabat pemerintah Gedung Putih kepada AFP tanpa menyebut nama, Selasa (13/9/2022).

Masalah dimulai Juli karena konflik kebijakan kehadiran di perusahaan. Ini terkait hak cuti untuk janji medis dan berkabung.

Menurut para pekerja, perusahaan memanfaatkannya untuk memberhentikan dan mendisiplinkan awak kereta api. Di sisi lain, pihak kereta api mengklaim bahwa pekerja terlalu sering meminta izin untuk hal yang bukan bersifat urgent.

Disebutkan pekerja meminta libur banyak di akhir pekan, untuk menonton acara olahraga dan konser. Akibatnya perusahaan menerapkan kebijakan kehadiran berbasis poin baru untuk mempertahankan layanan bagi pelanggan.

Sebenarnya, di bawah ketentuan Undang-Undang Perburuhan Kereta Api, Biden sudah menunjuk Dewan Darurat untuk melihat perselisihan tersebut dan membuat rekomendasi. Masa tenang bahkan diberlakukan, namun akan segera berakhir Jumat nanti.

Agustus, Dewan Darurat sebenarnya merekomendasikan agar karyawan diberi kenaikan gaji agregat 24% tetapi menolak argumen serikat pekerja tentang kebijakan kehadiran. Sebagian besar serikat pekerja setuju dengan rekomendasi tersebut dan telah mencapai penyelesaian namun dua lainnya tidak setuju.

Sementara Departemen Tenaga Kerja mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa para pihak terus bernegosiasi. Menteri Tenaga Kerja Marty Walsh telah mendorong pihak-pihak terlibat untuk mencapai resolusi.

"Fakta bahwa kita sudah melihat beberapa dampak perencanaan kontinjensi oleh kereta api sekali lagi menunjukkan bahwa penutupan sistem kereta api barang kita adalah hasil yang tidak dapat diterima bagi perekonomian kita dan rakyat Amerika, dan semua pihak harus bekerja untuk menghindarinya," jelasnya.

AS sendiri kini mengalami 'resesi teknis'. Meski pemerintah Biden menolaknya karena merujuk data tenaga kerja yang kuat, pertumbuhan ekonomi  tercatat minus 0,6% di kuartal II-2022.

Laju ekonomi itu melanjutkan kontraksi pada kuartal I-2022 yang tercatat minus 1,6%. Resesi sendiri adalah situasi di mana pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif dua kuartal berturut-turut atau lebih selama satu tahun.


(tfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Demo Besar-Besaran Tolak BBM Naik Bubar, Berakhir Damai

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular