
Kisah Jokowi yang Mengaku 'Kalah' Tak Sanggup Tahan Harga BBM

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada hari ini memberikan pengarahan dalam pembahasan pengendalian inflasi dengan seluruh kepala daerah secara hybird di Istana Kepresidenan Jakarta.
Dalam kesempatan tersebut, Jokowi memulai pengarahannya dengan bicara mengenai mengenai situasi negara yang saat ini tidak mudah. Pandemi belum usai, dunia dihantam ketidakpastian baru dari perang antara Rusia dan Ukraina.
Dunia, kata Jokowi saat ini menghadapi berbagai ancaman krisis, mulai dari pangan, finansial, hingga energi. Krisis yang terakhir, kata Jokowi, bahkan kini sudah dirasakan di Indonesia.
"Di negara kita urusan yang berkaitan dengan BBM ini persis sama yang dialami negara lain bahkan di beberapa negara harga BBM sudah berada di angka Rp 17 ribu, ada yang Rp 30 ribu. Bahkan, gas di Eropa sekarang ini sudah naiknya bisa 6 kali, ada 7 kali," kata Jokowi.
Jokowi mengatakan, pemerintah selama ini berusaha menahan agar harga tidak ikut terkerek karena kenaikan harga minyak dunia. Namun, pemerintah mau tidak mau tidak bisa terus menerus menahan harga.
"Apa yang sudah kita tahan-tahan saat itu, subsidi BBM kita agar tidak membengkak lagi ternyata tidak bisa kita lakukan," kata Jokowi.
Jokowi menjelaskan subsidi BBM yang dialokasikan dalam kas keuangan negara tahun ini 2022 sebesar Rp 152 triliun. Namun, keputusan untuk tidak menaikkan harga BBM ternyata justru membuat dana subsidi melonjak.
"Sudah melompat 3 kali lebih menjadi Rp 502,4 triliun. Ini pun jumlah yang ada ini setelah kita lihat lebih detail itu kuota subsidinya hanya untuk 23 juta kiloliter Pertalite dan 15,1 juta kiloliter solar," katanya.
"Dan setelah dikalkulasi ini hanya bisa sampai pada awal Oktober. Kalau sampai akhir tahun, sampai akhir Desember kebutuhan kita menjadi 29,1 juta kiloliter untuk Pertalite dan 17,4 kiloliter untuk solar. Ini estimasi ini akan kurang," katanya.
Dengan kalkulasi tersebut, kata Jokowi, maka mau tidak mau subsidi BBM akan semakin membengkak. Hitungan pemerintah, jika BBM tidak naik maka subsidi akan bertambah hingga Rp 195 triliun akhir tahun ini.
"Artinya kalau kita lakukan itu [tahan harga BBM], bisa sampai Rp 700 triliun, uangnya dari mana? Enggak mampu APBN kita," kata Jokowi.
Maka dari itu, Jokowi meminta masyarakat memahami betul keputusan pemerintah menaikkan harga BBM. Kendati harga naik, Jokowi menegaskan pemerintah tetap memberikan kompensasi berupa bantuan langsung tunai (BLT).
"Untuk membantu adanya kenaikan BBM ini, saya minta provinsi, kabupaten, kota juga ikut secara detail bersama sama pemerintah pusat membantu yang terdampak karena kenaikan penyesuaian harga dari BBM," katanya.
(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Baru Bulan Agustus, Konsumsi BBM Pertalite Sudah Mau 80%
