Pedagang Mobil Bekas Lagi 'Berdarah-Darah', Tanda Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pabrikan mobil masih terganggu dengan krisis chip semikonduktor yang menyebabkan inden sejumlah produknya. Semula, krisis tersebut membuat bisnis mobil bekas 'kipas-kipas'. Namun ternyata bisnis ini pun tetap terkena tekanan akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
"Nggak, mobil bekas mulai pertengahan kemarin GIIAS omzet turun sampai 50%. Pemain-pemain gede yang biasa jualan banyak drop, rata-rata begitu," kata Sonny Jaya Saputra, Pemilik gerai Mobkas 25 Mobilindo yang berlokasi di Bez Auto Center Gading Serpong, Tangerang kepada CNBC Indonesia, Jumat (9/9/22).
Menurunnya penjualan tersebut sejalan dengan lesunya daya beli masyarakat. Kondisi ini tidak lepas akibat kenaikan harga BBM. Bahkan geliat ekonomi sudah mulai lesu beberapa waktu sebelum harga BBM resmi naik.
"Market kondisi ekonomi trennya lagi turun, BBM naik lebih parah lagi. Baru ada info BBM mau naik aja mulai ngedrop. Padahal BBM belum naik, pertalite belum kan. Ada isu aja penjualan langsung drop," sebut Sonny.
Harapan akan kenaikan tren muncul menuju akhir tahun. Biasanya, di momen ini banyak konsumen yang mulai berpikir untuk upgrade kendaraannya. Namun, itu baru terjadi jika prioritas bisnis dan kehidupan sehari-hari konsumen sudah lebih dulu aman.
"Akhir tahun biasa mulai ada pergerakan bulan 10-9. Tapi saya liat kondisi global mereka masih wait n see. Inflasi kan naik, BBM mahal mereka jadi liat lagi. Ingin mau beli mobil tapi yang ada dulu aja. Biasa kalau market lagi tinggi, jualan usaha ramai, jadi beli mobil pun nggak mikir gua dagang lagi rame," kata Sonny.
(hoi/hoi)