
Kontraktor RI 'Berdarah-Darah', Bala Bantuan Tunggu Jokowi

Jakarta, CNBC Indonesia - Bantuan untuk kontraktor terkait penurunan harga solar industri masih dibicarakan oleh pemerintah. Nantinya untuk realisasi akan diputuskan oleh Presiden Joko Widodo.
Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR Mohammad Zainal Fatah menjelaskan, bantuan solar industri untuk kontraktor menunggu jawaban dari Kementerian Koordinator Perekonomian.
"Kita lagi berkirim surat ke Kemenko Perekonomian, nanti tunggu surat jawabannya, biar nggak terombang ambing," katanya saat ditemui di Kompleks Parlemen, Kamis (8/9/2022).
Kebijakan ini masih belum direalisasikan, karena butuh keputusan dari lintas kementerian, hingga nantinya akan diputuskan dari sidang Kabinet bersama Presiden Joko Widodo.
"Prosesnya masih kita jalankan, artinya komunikasi dengan Pertamina masih jalan. Itu belum (terealisasi) butuh diputusin di sidang kabinet, makanya kita jangan seolah-olah ambil keputusan duluan dari Presiden," katanya
Sebelumnya Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan bantuan untuk kontraktor yang ikut tender pemerintah saat ini berupa subsidi yang diberikan terhadap solar industri.
Dengan skema, Pertamina nantinya tidak akan mengambil marjin keuntungan atau 0% untuk proyek infrastruktur di Kementerian PUPR dan Kementerian Perhubungan. Lalu Kementerian PUPR juga akan membayarkan sisa biaya solar industri ini.
Dia mencontohkan ketika harga yang sudah diturunkan oleh Pertamina karena margin 0 mencapai Rp15.000, sedangkan pada kontrak dengan jasa konstruksi tertulis Rp 12 ribu, sisanya akan dibayarkan oleh Kementerian PUPR.
"Iya jadi jatuhnya subsidi, sharing the burden, Pertamina nol kan marginnya kita juga akan membayar dengan DIPA," katanya.
Menurut catatanya harga solar industri saat ini mencapai Rp 18.000 - Rp 20.000 per liter, sedangkan harga yang tercatat pada kontrak pada tender 2021 hanya Rp 11.000 - Rp 12.000 per liter. Artinya beban operasi dari kontraktor semakin berat imbas naiknya harga solar industri.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]