Survei Sebut Konsunen RI Makin Optimistis, tapi Sampai Kapan?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 September 2022 14:15
Pedagang ikan tongkol di Pasar Rakyat Tamansari Kabupaten Bogor, Rabu (6/4/22). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)
Foto: Pedagang ikan tongkol di Pasar Rakyat Tamansari Kabupaten Bogor, Rabu (6/4/22). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) merilis Survei Konsumen edisi Agustus pada Kamis (8/9/2022). Hasilnya, konsumen Indonesia semakin optimistis. Tetapi, apakah bisa terus demikian masih menjadi pertanyaan, sebab di bulan ini pemerintah resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi Pertalite dan Solar. Selain itu, tarif ojek online juga dinaikkan.

Hasil survei dari BI menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Agustus sebesar 124,7, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 123,7.

IKK menggunakan angka 100 sebagai ambang batas. Di atasnya berarti optimistis, di bawahnya adalah pesimistis.

ikkFoto: Bank Indonesia 

"Meningkatnya optimisme konsumen pada Agustus 2022 didorong oleh peningkatan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi terhadap ekonomi ke depan," tulis BI dalam rilisnya.

Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) tercatat naik menjadi 111,7 dari sebelumnya 110,9. Begitu juga Indeks Ekspektasi Ekonomi (IEK) yang naik menjadi 137,7 dari sebelumnya 135,5.

Seluruh komponen pembentuk IKE mengalami kenaikan, yang tentunya menjadi kabar bagus. Indeks Penghasilan Saat Ini mengalami kenaikan sebesar 1,6 poin menjadi 119,8.

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat ini dan Indeks Pembelian Barang Tahan Lama juga meningkat masing-masing sebesar 0,3 menjadi 112,2 dan 103,1.

Kenaikan indeks tersebut menjadi indikasi konsumen bisa melakukan lebih banyak belanja, yang tentunya bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Seperti diketahui, konsumsi rumah tangga merupakan kontributor terbesar Produk Domestik Bruto (PDB), sekitar 54%.

Sementara itu IEK yang menanjak ditopang oleh ekspektasi terhadap kegiatan usaha dan ekspektasi terhadap ketersediaan lapangan kerja yang masing-masing tercatat sebesar 138,8 dan 136,2, lebih tinggi dari 133,5 dan 134,5 pada Juli 2022.

Namun, tidak menutup kemungkinan angka-angka ini akan menurun, sebab kenaikan BBM subsidi dan tarif ojol bisa memicu inflasi. Ketika inflasi meninggi maka daya beli masyarakat akan tergerus.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Awas Inflasi Meninggi!

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo(Jokowi) akhirnya memutuskan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Harga Pertalite diputuskan naik dari Rp7.650 jadi 10.000 per liter, naik sekitar 30%. Solar subsidi dari Rp5.150 per liter jadi Rp6.800 per liter, Pertamax nonsubsidi naik dari Rp12.000 jadi Rp14.500 per liter.

"Ini adalah pilihan terakhir pemerintah, yaitu mengalihkan subsidi BBM. Sehingga harga beberapa jenis BBMyang selama ini subsidi akan alami penyesuaian," kata Jokowi dalam Konferensi Pers Presiden Jokowi dan Menteri Terkait perihal Pengalihan Subsidi BBM ditayangkan akun Youtube Sekretariat Presiden, Sabtu (3/9/2022).

Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Ramli mengatakan kenaikan harga BBM akan membawa dampak serius terhadap harga pangan. Dampak tersebut timbul karena rentetan panjang dari imbas kenaikan harga BBM, termasuk meroketnya ongkos logistik dan transportasi.

"Dampak kenaikan harga ini mendekati 15% secara tahunan. Ini saya ngomongin inflasi makanan ya. Biaya transportasi naik dan barang juga naik. Rentetannya panjang," tutur Rizal Ramli, dalam dialog Profit di CNBCIndonesia, Senin (5/9/2022).

Hal senada juga diungkapkan Direktur Celios, Bhima Yudhistira. inflasi makanan diperkirakan dapat kembali menyentuh dobel digit atau diatas 10% per tahun pada September ini.

Inflasi kelompok volatile atau harga bergejolak menjadi momok utama Indonesia pada tahun ini.Sepanjang Maret-Juli, kelompok volatile menjadi penyumbang utama inflasi Indonesia. Laju inflasi volatile bahkan jauh di atas laju inflasi umum.

Ekonom OCBC Wellian Wiranto mengatakan lonjakan harga bahan bakar dipastikan akan mendorong inflasi lebih lanjut. Wellian memperkirakan inflasi kemungkinan akan melintas di atas 7% year-on-year (yoy). Sementara itu, dia melihat ada risiko bahwa inflasi inti akan berada di atas 4% pada akhir tahun ini.

"Mengingat fakta bahwa tekanan harga telah meningkat selama beberapa waktu tahun ini bahkan sebelum efek bahan bakar, tingkat perluasan efek harga akan menjadi hal utama yang harus diperhatikan sekarang," papar Wellian dalam catatannya, Senin (5/9/2022).

Kenaikan tersebut belum memperhitungkan kenaikan tarif ojol. Seperti diketahui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) secara resmi menaikkan tarif ojek online di Indonesia. Kebijakan ini berlaku tiga hari setelah ketetapan ini ditetapkan Rabu kemarin.

Tarif ojol di Indonesia terdiri dari dua bagian. Pertama biaya pengemudi. Kenaikan tarif ini didasarkan pada kenaikan upah minimum regional (UMR), asuransi pengemudi, pajak pertambahan nilai (PPN) dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Zona pertama kenaikan tarif batas bawah Rp 1.850 per km naik menjadi Rp 2.000 per km atau ada kenaikan 8% Batas atas dari Rp 2.300 per km jadi Rp 2.500 per km atau naik 8,7%.

Zona kedua batas bawah naik dari Rp 2.250 per km menjadi Rp 2.550 per km atau naik 13%. Batas atas naik dari Rp 2.650 per km menjadi Rp 2.800 per km atau naik 8%.

Zona tiga batas bawah naik dari Rp 2.100 per km menjadi Rp 2,300 per km atau naik 9%. Batas atasnaik dari Rp 2.600 per km menjadi Rp 2.750 per km atau naik 5,7%

Kedua besaran tarif penyewaan aplikasi atau biaya tidak langsung. "Biaya sewa tidak langsung ditetapkan 15% atau turun dari aturan sebelumnya 20%," terang Direktur Jendral Perhubungan Darat Kemenhub Hendro Sugiatno, dalam konferensi pers Kemenhub, Rabu (7/9/2022).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular