Soal Utang, Sri Mulyani: Jangan Sampai RI Terlihat Desperate

Cantika Adinda Putri & MAIKEL JEFRIANDO, CNBC Indonesia
08 September 2022 12:45
Apakah Dunia Resesi di 2023?  Ini Jawaban  Sri Mulyani
Foto: Infografis/Apakah Dunia Resesi di 2023? Ini Jawaban Sri Mulyani/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan sangat berhati-hati dalam menerbitkan surat utang dalam situasi sekarang. Ketika volatilitas di pasar keuangan global yang sangat tinggi.

Penurunan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) secara signifikan adalah salah satu strategi Kemenkeu.

"Kalau defisitnya masih sangat besar, kemudian terlihat di market untuk financing apalagi sampai desperate. Kita akan terkena hit dengan cost of fund yang tinggi dan dilihat dari rating dimana Indonesia dianggap vulnerable dari sisi soft of financing," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara Sarasehan 100 Ekonom di CNBC Indonesia, Rabu (7/9/2022)

Pada tahun ini defisit APBN bisa mencapai 3,92% PDB, jauh lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang mencapai 4,8% PDB.

Dengan demikian, jumlah utang tunai yang ditarik pemerintah juga akan lebih kecil, yaitu Rp 1.195 triliun. Indonesia selamat dari tambahan utang baru Rp 221 triliun.

Votalitias Berdampak Terhadap Bonds Outflow dari Emerging MarketsFoto: Votalitias Berdampak Terhadap Bonds Outflow dari Emerging Markets
Votalitias Berdampak Terhadap Bonds Outflow dari Emerging Markets

Tahun depan, pemerintah inginkan defisit di bawah 3% PDN, yaitu 2,85% PDB. Semakin rendah defisit tentunya tambahan utang menjadi lebih sedikit.

Ketidakhati-hatian dalam penarikan utang bisa memberikan beban besar terhadap APBN. Sebab investor bisa meminta imbal hasil yang tinggi. "Ya memang seharusnya mengurangi gejolak yang berimbas ke ekonomi dengan mengurangi defisit," paparnya.

Beban pembayaran cicilan dan bunga utang di tahun berikutnya akan melonjak drastis. Pada 2023, rencana kewajiban cicilan dan bunga utang mencapai Rp 431 triliun. Pemerintah tentu harus memenuhi kewajiban tersebut dan menunda belanja lainnya.

"Ini sesuatu yang sedang dilakukan, mengelola risiko baru, dari risiko kesehatan, financial dan geopolitik yang menimbulkan imbas ke energi dan pangan," pungkasnya


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani Tarik Utang Baru Rp214,7 T di Semester I-2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular