Awas Putin Ngamuk! Ini 'Bom' Baru Eropa Hajar Rusia
Jakarta, CNBC Indonesia - Uni Eropa (UE) akan mengeluarkan aturan baru untuk 'menghajar' negeri Presiden Rusia Vladimir Putin. Setelah rencana pembatasan harga minyak, kini benua itu akan membatasi harga gas Rusia.
Komite Eropa mengusulkannya Rabu waktu setempat. Ini diyakini akan memotong pendapatan gas Rusia, yang melonjak signifikan hampir setahun ini.
"Kami akan mengusulkan batas harga untuk gas Rusia," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen kepada wartawan dikutip dari Reuters, Kamis (8/9/2022).
"Kita harus memotong pendapatan Rusia yang digunakan Putin untuk membiayai perang yang mengerikan di Ukraina ini," tegasnya.
Dalam sebuah catatan, Komisi Eropa mengatakan batas harga tetap mengizinkan negara-negara anggota untuk membeli gas Rusia. Tapi, selama harga itu tidak melebihi ambang batas yang disepakati.
"(Lagipula) gangguan signifikan sudah terjadi tanpa batasan harga," tulis catatan itu seraya memberi peringatan balasan baru dari Putin.
Perlu diketahui gas Rusia mengalir ke Jerman lalu ke Eropa Barat melalui pipa gas Nord Stream 1. Namun saat ini, Rusia mematikannya tanpa batas waktu dengan alasan sanksi Barat menyulitkan perawatan sejumlah hal teknis.
Sebelumnya, negara-negara kelompok tujuh (G7) di mana Eropa juga terdapat di dalamnya, telah sepakat untuk menerapkan pembatasan harga pada minyak mentah Rusia untuk mengurangi kemampuan Moskow mendanai perangnya di Ukraina.
Mengutip CNN International, awal pekan ini, para menteri keuangan dari negara G7, yaitu Amerika Serikat (AS), Jepang, Kanada, Jerman, Prancis, Italia, dan Inggris menyatakan harga maksimum akan ditetapkan oleh koalisi luas negara-negara.
Keputusan itu akan berlaku bersamaan dengan sanksi UE berikutnya, termasuk larangan impor minyak Rusia melalui laut mulai awal Desember.
Barat akan menggantinya sementara dengan gas alam cair LNG termasuk dari AS dan Timur Tengah. Pada April 2022 saja, lima negara Eropa -Prancis, Spanyol, Inggris, Belanda, dan Polandia- menyumbang 54,1% dari total ekspor LNG AS
Sementara itu, dalam catatan The Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), Rusia telah meraup untung US$ 158 miliar atau setara Rp2.354,2 triliun untuk ekspor energi dalam enam bulan setelah serangannya ke Ukraina. Lembaga itu mengungkapkan lebih dari separuh nilai tersebut disumbangkan oleh UE.
CREA memperkirakan bahwa UE adalah importir utama eksportir bahan bakar fosil ke negeri Presiden Vladimir Putin itu dengan nilai 85,1 miliar euro. China menyusul di posisi kedua dengan 34,9 miliar euro, dan Turki 10,7 miliar euro.
(sef/sef)