
China Lagi Kepanasan, Bulan Lalu Pecah Rekor

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas China menyatakan bulan Agustus lalu sebagai bulan terpanas. Hal ini dipicu oleh gelombang panas yang mengakibatkan sumber air di negara itu mengering.
Tingginya suhu udara paling banyak dilaporkan di wilayah China Selatan seperti provinsi Sichuan dan kota besar Chongqing. Tercatat, suhu di wilayah itu mencapai 40C hingga 45C.
"Suhu rata-rata nasional adalah 22,4C pada Agustus, melebihi norma 1,2 C. Sekitar 267 stasiun cuaca di seluruh negeri menyamai atau memecahkan rekor suhu pada bulan lalu," lapor penyiar CCTV, mengutip layanan cuaca negara itu, yang dilansir AFP, Selasa, (6/9/2022).
"Jumlah rata-rata hari dengan suhu tinggi sangat tinggi, dan proses suhu tinggi regional terus berdampak pada negara kita," tambah laporan itu.
Para ahli mengatakan tingginya suhu ini mungkin merupakan salah satu gelombang panas terburuk dalam sejarah global. Fenomena ini akan menjadi lebih sering sebagai dampak perubahan iklim yang diakibatkan polusi yang ditimbulkan manusia.
Gambar dari Chongqing menunjukkan anak sungai dari sungai Yangtze hampir mengering. Selain itu, pemandangan bergema lebih jauh ke Timur di mana air danau air tawar terbesar di China juga surut secara ekstensif.
Keringnya sumber air ini memaksa otoritas kota itu memberlakukan pemadaman listrik. Pasalnya, pasokan listrik di wilayah itu cukup bergantung pada pasokan pembangkit tenaga air.
Tak hanya pasokan energi yang terganggu, panen bahan pangan pun juga ikut mengalami permasalahan serius akibat bencana kekeringan ini. Salah satu bahan pangan yang dilaporkan gagal panen adalah buah-buahan seperti persik dan buah naga.
"Ini adalah peringatan bagi kami, mengingatkan kami untuk memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang perubahan iklim dan meningkatkan kemampuan kami untuk beradaptasi dengannya dalam segala hal," kata seorang pejabat senior di Pusat Iklim Nasional China, Zhang Daquan.
"Penting juga untuk meningkatkan kesadaran di seluruh masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan iklim ... dan berusaha untuk meminimalkan dampak dan kerugian sosial dan ekonomi," tambahnya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bumi Mau Kiamat? Begini Kondisi Anak Sungai Yangtze Kini