Good News! Harga 'Sembako' Dunia Turun 5 Bulan Beruntun

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
06 September 2022 17:55
Iloustrasi Gandum
Foto: Ilustrasi (Photo by TymurKhakimov via pexels)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks harga pangan (Food Price Index) yang dirilis oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) turun ke 138 pada Agustus 2022 dari 140,7 bulan sebelumnya. Penurunan indeks ini disebabkan oleh melandainya seluruh produk pangan mencakup minyak nabati, gula, daging, produk susu, dan sereal.

Kendati lebih rendah dibandingkan Juli 2022, Indeks harga pangan tersebut masih 7,8% lebih tinggi dibandingkan Agustus 2021. Tetapi, dengan penurunan tersebut, maka indeks harga 'sembako' global sudah melandai selama lima bulan beruntun.

Indeks harga pangan dunia sempat melesat ke level 159,7 pada Maret 2022 dan menjadi level tertinggi yang pernah dicatat FAO sejak 1990.

Dalam laporannya, FAO mencatatkan penurunan indeks didorong oleh melandainya lima komoditas pangan. Di mana yang paling landai terjadi pada harga minyak nabati dan gula yang masing masing mengalami penurunan sebesar 2,26% dan 2,13% dari bulan sebelumnya.

Penurunan harga juga disusul oleh produk susu (dairy) sebesar 2%, daging dan sereal menyusul dengan penurunan masing-masing 1,5% dan 1,4% dibandingkan bulan Juli 2022.

Penurunan minyak nabati pada Agustus ini di dorong oleh harga minyak nabati global yang lebih rendah yang terjadi pada minyak nabati mulai dari sawit dan bijih matahari.

Diketahui, harga minyak sawit internasional turun untuk bulan kelima berturut-turut di bulan Agustus, didorong oleh peningkatan ketersediaan ekspor dari Indonesia, terutama berkat pajak ekspor yang lebih rendah serta peningkatan produksi musiman di Asia Tenggara.

Sementara itu, nilai minyak bunga matahari dunia menurun akibat melemahnya permintaan impor global yang bertepatan dengan dimulainya kembali pengiriman secara bertahap dari pelabuhan Ukraina.

Untuk minyak lobak juga turun pada Agustus dipicu oleh prospek pasokan yang cukup untuk musim 2022 hingga 2023 mendatang.

Namun kondisi sebaliknya terjadi pada harga kedelai dunia hanya mengalami rebound karena kekhawatiran dampak kondisi cuaca yang tidak menguntungkan terhadap produksi kedelai di Amerika Serikat (AS).

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Harga Gula, Daging Dan Sereal Juga Melandai

Indeks Harga Gula juga mengalami penurunan empat bulan berturut-turut dan mencapai level terendah sejak Juli 2021 dipicu oleh peningkatan batas ekspor gula di India dan harga etanol yang lebih rendah di Brasil.

Kondisi ini meningkatkan ekspektasi penggunaan tebu yang lebih besar untuk memproduksi gula. Namun, produksi gula yang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya dipicu oleh kondisi Brasil yang tengah menghadapi cuaca buruk serta kekhawatiran yang terus berlanjut atas dampak kondisi kering pada panen 2022 di Uni Eropa.

Selanjutnya Indeks harga susu (dairy) juga melandai untuk dua bulan berturut-turut. Ini dipicu oleh kuotasi harga internasional untuk mentega dan susu bubuk menurun terutama karena melemahnya permintaan untuk pasokan spot dari sebagian besar importir.

Salah satu importir produk susu adalah China karena masih menerapkan lockdown, permintaan pun ikut menurun. Kendati demikian, persediaan tetap cukup untuk memenuhi kebutuhan mendesak.

Ekspektasi pasar untuk peningkatan pasokan dari Selandia Baru di musim produksi baru juga membebani harga produk susu. Meskipun produksi susu menurun di beberapa wilayah penghasil utama, termasuk Eropa Barat dan AS.

Sebaliknya, harga keju dunia meningkat selama sepuluh bulan berturut-turut, mencerminkan permintaan impor global yang stabil dan penjualan internal yang kuat terutama di Eropa.

Pada bulan Agustus, kuotasi internasional untuk daging unggas turun, didorong oleh pembelian impor yang lebih rendah oleh importir terkemuka dan ketersediaan ekspor global yang agak meningkat.

Sementara itu, harga daging sapi dunia turun karena melemahnya permintaan domestik di beberapa negara pengekspor dan sedikit peningkatan pasokan daging di Australia.

Selanjutnya untuk gandum pada Agustus ikut melandai selama 3 bulan beruntun. Ini didorong oleh prospek produksi yang lebih baik, terutama di Kanada, AS dan Rusia.

Ketersediaan musiman yang lebih tinggi ini dipicu oleh panen yang terus berlanjut di belahan bumi utara seiring dimulainya kembali ekspor dari pelabuhan Laut Hitam di Ukraina untuk pertama kalinya dalam 5 bulan terakhir.

Namun demikian, harga gandum dunia masih tinggi dengan persentase 10,6% jika dibandingkan Agustus tahun lalu.

FAO memproyeksi produksi sereal untuk tahun 2022-2023 akan ada di angka 2,78 miliar ton, lebih rendah dibandingkan pada tahun 2021-2022 yang tercatat 2,80 miliar ton. Penurunan produksi menjadi yang pertama kalinya dalam empat tahun.

Akibat berkurangnya produksi, pasokan sereal yang diperdagangkan di pasar global pada tahun 2022-2023 diperkirakan hanya mencapai 462,8 juta ton. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan 475,4 juta ton di tahun 2021-2022.

Untuk gandum, produksinya diperkirakan merosot menjadi 770,8 juta ton di tahun 2022/2023 dari 776,8 juta ton di tahun 2021-2022. Berkurangnya produksi membuat jumlah gandum yang diperdagangkan di pasar global akan berkurang menjadi 188,9 juta ton di tahun 2022-2023 dari 192,1 juta ton di tahun 2021-2022.

Produksi beras juga diperkirakan akan melandai menjadi 519,5 juta ton di 2022-2023 dari 520,8 juta ton di tahun 2021-2022.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular