Heboh BBM SPBU Vivo Dijual Murah, Impor Dari Mana?

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
06 September 2022 16:50
Kendaraan mengisi BBM di SPBU VIVO Kemang jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, Senin (5/9/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Kendaraan mengisi BBM di SPBU VIVO Kemang jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, Senin (5/9/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak beberapa hari terakhir ini publik dihebohkan dengan harga salah satu produk Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dijual PT Vivo Energy Indonesia.

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Vivo hingga hari Minggu (04/09/2022) lalu masih menjual bensin dengan jenis Revvo 89 di bawah harga bensin Peralite (RON 90) yang dijual PT Pertamina (Persero).

Harga bensin Revvo 89 hingga hari Minggu lalu masih dibanderol Rp 8.900 per liter, di bawah harga jual Pertalite yang telah naik menjadi Rp 10.000 per liter pada 3 September 2022. Namun demikian, tiba-tiba pada Senin sore (05/09/2022), Vivo kembali menaikkan harga jual BBM Revvo 89 menjadi Rp 10.900 per liter.

Murahnya harga jual bensin Vivo ini tak ayal menjadi favorit warga dan banyak orang tiba-tiba mengisi bensin Revvo 89 ini. Di sisi lain, murahnya harga jual bensin Revvo 89 ini menjadi tanda tanya, apa iya perusahaan akan untung dengan harga jual yang bahkan lebih rendah dari Pertalite tersebut?

Menurut Anggota Dewan Energi Nasional Satya W. Yudha, layak atau tidaknya harga jual BBM tergantung pada harga beli minyak mentahnya. Bila badan usaha membeli minyak mentah di atas US$ 100 per barel, maka menurutnya akan rugi bila menjual produk BBM dengan harga sekitar Rp 10.000 per liter, atau bahkan di bawah itu.

"Dia beli stok crude-nya di harga berapa? Karena kalau dia beli di atas harga 100 US$ per barel, pastinya rugi di harga segitu," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (06/09/2022).

Satya pun menilai harga Revvo 89 yang beberapa hari lalu masih dibanderol sebesar Rp 8.900 per liter tak masuk akal. Pasalnya, harga impor BBM saat ini diperkirakan masih di atas US$ 100 per barel.

"Kalau saya gak masuk akal. Karena RON 89 itu impor BBM-nya sekitar US$ 106/barel. Kalau misalkan kita hitung menggunakan kurs Rp 14.500 per dollar AS, satu barel itu 159 liter. Kalau kita kalikan US$ 106 per barel, Rp 14.500 bagi 159 itu sudah Rp 9.600. Itu belum biaya distribusi, belum biaya margin SPBU. Jadi saya bingung cara hitungnya gimana," bebernya.

Publik bahkan sempat dihebohkan dengan isu Vivo diminta menaikkan harga jual oleh pemerintah.

Menjawab kehebohan publik terkait harga jual BBM-nya itu, akhirnya manajemen Vivo pun buka suara. Manajemen Vivo menjelaskan bahwa produk Revvo 89 sendiri sebenarnya merupakan produk BBM yang tidak disubsidi, sehingga harga jualnya ditentukan oleh harga BBM internasional serta peraturan lokal tentang formula harga jual maksimum.

"Dan harga BBM internasional telah sangat bergejolak belakangan ini," ungkap Manajemen Vivo dalam keterangan resminya, Selasa (6/9/2022).

Selain itu, manajemen juga memastikan bahwa perubahan harga merupakan keputusan komersial untuk mematuhi regulasi dan perubahan pasar. Hal itu juga sekaligus membantah isu yang beredar bahwa pemerintah melakukan intervensi terkait harga yang dipatok perusahaan.

Lantas, dari manakah sumber BBM Vivo tersebut? Karena tidak mempunyai kilang minyak di Indonesia, maka tentunya perusahaan mengimpor langsung dalam bentuk BBM-nya. Kalau pun impor, impor dari mana?

CNBC Indonesia telah mencoba menanyakan hal ini kepada perusahaan, namun hingga saat ini belum mendapatkan jawaban.

Kendati demikian, bila dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) RI, impor BBM RI terbanyak berasal dari Singapura. Lalu disusul Malaysia, India, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

Berdasarkan Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor Desember 2021 BPS, impor hasil minyak atau BBM RI terbanyak berasal dari Singapura sebanyak 9,7 miliar kilo gram (kg) dengan nilai US$ 6,39 miliar.

Berikut sejumlah negara asal impor hasil minyak atau BBM RI, kumulatif sepanjang Januari-Desember 2021:

- Singapura: 9,7 miliar kg, US$ 6,39 miliar.

- Malaysia: 5,1 miliar kg, US$ 3,42 miliar.

- India: 1,38 miliar kg, US$ 885,45 juta.

- Arab Saudi: 935,3 juta kg, US$ 624,55 juta.

- Uni Emirat Arab: 834,43 juta kg, US$ 559,49 juta.

- Korea Selatan: 674,26 juta kg, US$ 489,14 juta.

- Qatar: 369,4 juta kg, US$ 268,75 juta.

- Kuwait: 195,7 juta kg, US$ 117,86 juta.

- Bahrain: 175,63 juta kg, US$ 124,38 juta.

- Malta: 161,37 juta, US$ 89,03 juta.

- Brunei Darussalam: 134,09 juta kg, US$ 85,2 juta.

- Oman: 111,34 juta kg, US$ 76,12 juta.


(wia) Next Article Heboh BBM Revvo 89 Dijual Murah, Akhirnya Vivo Buka Suara!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular