BBM Murah yang Sempat Dijual Vivo Dinilai Tak Masuk Akal

Jakarta, CNBC Indonesia - Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha menilai keputusan Vivo yang menjual harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Revvo 89 pada beberapa hari lalu sebesar Rp 8.900 per liter tak masuk akal. Pasalnya, impor crude Ron 89 itu berada di sekitar US$ 106 per barrel.
Sehingga ia pun sempat mempertanyakan harga jual BBM Revvo 89 yang lebih murah dibandingkan harga produk Ron 90 milik PT Pertamina yakni Pertalite.
"Kalau saya gak masuk akal. Karena Ron 89 itu impor BBM-nya sekitar US$ 106/barel. Kalau misalkan kita hitung menggunakan kurs Rp 14,500 per dollar AS, satu barel itu 159 liter. Kalau kita kalikan US$ 106 per barel, Rp 14.500 bagi 159 itu sudah Rp 9.600. Itu belum biaya distribusi, belum biaya margin SPBU. Jadi saya bingung cara hitungnya gimana," ujarnya kepada CNBC Indonesia Selasa (6/9/2022).
Sementara itu, Vivo menjual harga BBM tersebut di saat harga minyak mentah dunia masih berada di level yang cukup tinggi. Kalaupun harga minyak mentah saat ini turun, menurut Satya paling tidak bisa dihitung rata-rata secara tahunan mulai dari Januari hingga Desember seperti hitungan Menteri Keuangan.
"Bu Sri Mulyani sendiri bilang, kalau pun turun sampai akhir tahun dia (minyak mentah) masih di kisaran US$ 97 per barel atau bisa US$ 99 per barel. Itu pun kalau posisinya turun terus kan kita menghitungnya Januari-Desember. Kalau BBM penugasan kan full year," katanya.
Tak berhenti di situ, dalam sekejap, Vivo pada Senin (5/9/2022) kembali melakukan penyesuaian. Adapun Revvo 89 dari yang sebelumnya dijual sekitar Rp 8.900 per liter menjadi Rp 10.900 per liter.
Dengan begitu, harga BBM Revvo 89 tersebut, saat ini lebih mahal jika dibandingkan produk Pertalite milik Pertamina yang saat ini di banderol sebesar Rp 10.000 per liter.
Melihat hal itu, Satya pun kembali mempertanyakan harga impor crude yang didapat Vivo. Pasalnya, jika Vivo membeli harga crude di atas US$ 100 per barel, maka sudah pasti dengan harga jual Rp 10.900 per liter perusahaan akan rugi. "Karena kalau dia beli di atas harga US$ 100 per barel pasti nya rugi di harga segitu," kata dia.
Seperti diketahui, sampai Minggu kemarin (4/9/2022) harga BBM Revvo 89 masih Rp 8.900 per liter, hal ini tentunya menjadi buruan masyarakat di tengah Pertamina yang baru saja melakukan penyesuaian.
Sementara, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji sebelumnya menegaskan bahwa pemerintah tidak melakukan intervensi terhadap penetapan harga Jenis Bahan Bakar Minyak Umum (JBU). Hal tersebut merespon adanya pemberitaan yang menyebutkan pemerintah melakukan intervensi agar Vivo menaikkan harga BBM.
Menurut dia, harga jual eceran Jenis BBM Umum ditetapkan oleh badan usaha. Dalam upaya pengendalian harga di konsumen, imbuhnya, pemerintah menetapkan formula batas atas, di mana harga BBM mengacu kepada harga acuan pasar MOPS/Argus dan biaya distribusi dengan margin Badan Usaha maksimal 10%, seperti yang ditetapkan dalam Kepmen ESDM No 62.K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum dan/atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan.
"Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah akan menegur badan usaha apabila menjual BBM melebihi batas atas. Penetapan harga jual di SPBU saat ini merupakan kebijakan badan usaha yang dilaporkan ke Menteri cq. Dirjen Migas. Sehingga tidak benar Pemerintah meminta badan usaha untuk menaikkan harga," jelas Dirjen Migas Tutuka dalam keterangan resminya, Senin (5/9/2022).
Catat! Harga BBM Negara Kaya Minyak Ini Lebih Mahal dari RI
(pgr/pgr)