
Gawat Negara Asia Ini Akan Terdampak Parah Resesi AS, RI?

Jakarta, CNBC Indonesia - Resesi Amerika Serikat (AS) diyakini akan merugikan Asia. Namun sejumlah negara menjadi paling rentan.
AS diketahui telah melaporkan dua kuartal berturut-turut pertumbuhan negatif dalam dua kuartal pertama tahun 2022. Sebagian orang dianggap sebagai resesi "teknis".
Di antara sejumlah negara yang paling terdampak, dua di antaranya adalah tetangga RI. Siapa?
Berikut detailnya:
Singapura
Singapura menjadi sangat rentan dengan resesi AS. Ini karena karakteristik perekonomiannya yang cukup bergantung pada kondisi ekonomi luar negeri.
Menurutnya pertumbuhan PDB Singapura secara historis lebih berkorelasi dengan siklus bisnis AS karena ekonominya yang berorientasi ekspor, termasuk pengiriman dan operasi kargo. Singapura pun tidak memiliki banyak pasar domestik.
"Singapura lebih rentan terhadap resesi AS dibandingkan dengan rekan-rekan regionalnya karena sangat, sangat tergantung," kata ekonom senior di Maybank, Chua Hak Bin, dikutip CNBC International, Senin (5/9/2022).
"Saya menduga (itu) akan menjadi yang pertama di Singapura ... Negara pulau itu kemungkinan akan menjadi yang pertama karena ketergantungan ekspornya dan ekonominya yang kecil dan terbuka," tambahnya.
Menurut Bank Dunia, rasio perdagangan terhadap PDB negara itu untuk tahun 2021 adalah 338%. Rasio perdagangan terhadap PDB merupakan indikator seberapa terbuka suatu perekonomian terhadap perdagangan internasional.
"Korelasi dan ketergantungan Singapura pada permintaan eksternal sangat tinggi," kata Chua lagi.
"Jika AS tergelincir ke dalam resesi, ketergantungan dan kausalitas itu akan menghantam ekonomi yang lebih berorientasi ekspor," tambahnya.
Meski menyebut Singapura sangat terpengaruh AS, negara itu masih bisa berharap pada pembukaan kembali Covid-19 China. Diketahui, China merupakan mitra dagang terbesar Singapura, salah satu penyumbang turis asing terbanyak di negara itu.
Sebelum pandemi, Dewan Pariwisata Singapura mencatat sekitar 3,6 juta penduduk China melakukan perjalanan ke ke negeri itu pada 2019, 13% dari total pengunjung. Namun, hanya ada 88.000 pengunjung antara Januari dan Desember tahun lalu.
Hal senada juga dikatakan ekonom senior dari DBS Group Research, Irvin Seah. Menurutnya Singapura sangat terhubung dengan seluruh dunia.
"Gelombang kejut di negara mana pun pasti akan memiliki efek riak di seluruh kota," tegasnya seraya meramalkan Singapura tak akan jatuh ke dalam resesi tahun ini atau tahun depan.
Thailand
Thailand juga akan sangat terdampak. Hal itu dikarenakan bergantungnya Bangkok pada sektor pariwisata, yakni kedatangan turis.
Menurut Bank Dunia, pengeluaran turis menyumbang sekitar 11% dari PDB Thailand pada 2019 sebelum pandemi. Negara itu menyambut hampir 40 juta pengunjung tahun kala itu dan menghasilkan pendapatan lebih dari $60 miliar.
Namun semenjak Covid-19, di 2021, hanya ada sekitar 428.000 kedatangan turis asing ke Thailand. Selain itu, ekonomi Negeri Gajah Putih juga hanya tumbuh 1,5%, salah satu yang paling lambat di Asia Tenggara.
"Thailand bisa menjadi yang berikutnya ... setelah Singapura," tegasnya.
Namun, sama seperti Negeri Singa 'wildcard' Negara Gajah Putih adalah China. Pembukaan kembali Negeri Ginseng akan menentukan apakah ekonomi Thailand dapat kembali bergerak maksimal.
Chua juga menggarisbawahi tingkat inflasi Thailand yang mencapai 7,66% pada bulan Juni tahun lalu. Ini merupakan rekor tertinggi selama 14 tahun terakhir.
"Inflasi utama di Thailand sangat tinggi, tetapi inflasi inti tidak setinggi itu, korelasinya tidak setinggi itu. Tentu saja pertumbuhan jauh lebih lemah, sehingga mereka tidak merasakan urgensi untuk melakukan pengetatan secara agresif," tambahnya.
Negara lain?
Sementara itu, Kepala Ekonom OCBC Bank menilai selain Singapura dan Thailand, ada lagi negara yang mungkin terdampak. Yakni Taiwan dan Korea Selatan (Korsel).
"Taiwan dan Korsel ... akan menjadi tersangka biasa," katanya merujuk ke karakteristik sama, ketergantungan pada luar, seperti Singapura dan Thailand.
Bagaimana RI?
Sementara itu, Indonesia sendiri diyakini tidak akan terlalu terpengaruh oleh potensi resesi AS. Hal ini disebabkan orientasi ekonomi yang lebih ke domestik.
"Indonesia ... lebih terlindungi dari perlambatan permintaan eksternal dan resesi AS ... ekonomi terus berkembang bahkan pada 2008/09 selama krisis keuangan global," ujar Chua lagi.
Hal senada juga diyakini terjadi ke tetangga lain, Filipina. Orientasi ekonominya relatif sama dengan RI.
(sef/sef) Next Article Singapura Tarik Kecap-Saus ABC Buatan RI, Begini Faktanya