
Kunci Kemajuan Ekonomi RI: Hilirisasi Industri!

Saat ini dunia bersiap untuk menuju ke jalur nol bersih, sehingga permintaan akan bahan tambang akan melonjak. Transisi energi menghadirkan tantangan unik bagi perusahaan pertambangan yang perlu berinovasi dan melakukan transformasi bisnis untuk menangkap sejumlah peluang yang ada.
Pemerintah Indonesia dalam hal ini tidak mau ikut ketinggalan. Dengan portofolio perusahaan BUMN tambang yang semula melakukan bisnis secara terpisah, kini telah dibangun konsorsiumnya untuk meningkatkan integrasi dan memberikan nilai tambah lebih, baik itu kepada pemerintah dalam bentuk pajak, royalti dan dividen maupun bagi ekonomi yang lebih luas.
Konsorsium tersebut adalah Mining Industry Indonesia (MIND ID), Holding BUMN industri pertambangan yang beranggotakan Aneka Tambang (ANTM), Bukit Asam (PTBA), PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero), dan Timah (TINS).
Indonesia sendiri saat ini telah berkomitmen akan mencapai emisi nol karbon pada tahun 2060. MIND ID sendiri ikut menjadi pemain penting dalam upaya pemerintah ini, baik itu lewat komitmen yang diungkapkan anak usaha hingga langkah kongkret yang telah diambil untuk mempercepat transisi menuju ekonomi yang lebih hijau.
Sejumlah komoditas tambang penting untuk transisi energi saat ini berada di Indonesia, dan sebagian merupakan portofolio bisnis dari MIND ID.
Riset McKinsey menyebut bahwa sejumlah logam yang akan sangat penting di masa depan termasuk Aluminium, Tembaga dan Nikel.
MIND ID menghasilkan aluminium dari tambang bauksit yang dikelola Aneka Tambang dan kemudian dimurnikan oleh perusahaan lain dalam grup yakni Inalum. Di masa depan aluminium akan memiliki perang penting dalam transisi energi khususnya terkait jaringan kelistrikan, panel surya hingga mobil listrik.
Sementara itu tembaga ditambang oleh MIND ID melalui PT Freeport Indonesia (PTFI) dengan 60% masih diekspor dalam bentuk konsentrat karena keterbatasan kapasitas pemurnian dalam negeri. Saat ini, 40% konsentrat tembaga yang dihasilkan PTFI dikirimkan ke pabrik peleburan PT Smelting di Gresik
Sebagai wujud komitmen untuk membuktikan semangat hilirisasi, PTFI kini tengah menyelesaikan pembangunan smelter kedua di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik.
Hingga akhir Juli 2022 ini, penyelesaian smelter tersebut sudah mencapai 36,2% dengan PTFI menargetkan agar rampung pada akhir 2023. Selanjutnya akan dilakukan pre-commissioning dan commissioning, dan diharapkan dapat mulai beroperasi pada Mei 2024.
Di masa depan logam tembaga akan banyak digunakan untuk kepentingan jaringan kelistrikan, bioenergi, komponen pembangkit listrik bersih seperti PLTB dan panel surya hingga digunakan untuk kepentingan kendaraan listrik.
Selanjutnya ada nikel yang ditambang oleh Aneka Tambang. Saat ini nikel menjadi salah satu komoditas paling populer karena penggunaannya yang luas sebagai baterai di mobil listrik. Di masa depan porsi nikel yang digunakan untuk keperluan mobil listrik akan bertambah signifikan. Meski demikian, penggunaan untuk baja tanah karat tampaknya masih akan memimpin, karena permintaan ke depan yang diperkirakan masih tinggi.
![]() |
Saat ini sebagian besar smelter nikel di RI adalah yang digunakan untuk mengolah bijih nikel menjadi NPI yang selanjutnya digunakan untuk membuat baja tahan karat. Meski demikian sudah ada sejumlah insiatif, baik dari swasta maupun BUMN, untuk mendirikan pabrik yang dapat mengolah nikel hingga menjadi baterai.
Sejumlah perusahaan BUMN telah membangun konsorsium Holding baterai yakni IBC yang terdiri dari MIND ID, Aneka Tambang, Pertamina, dan Perusahaan Listrik Negara (PLN). IBC sendiri saat ini telah dan akan bekerja sama dengan sejumlah pemain global untuk mematangkan industri baterai dalam negeri. Pemain global tersebut termasuk Contemporary Amperex Technology Co Limited (CATL) asal China, LG asal Korea Selatan hingga perusahaan asal jerman BASF dan Volkswagen.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Kontribusi MIND ID