Ekonomi Dunia 2023 Gelap Seperti Mati Lampu, RI Gimana ?
Jakarta, CNBC Indonesia - Awan hitam yang mengantung di langit ekonomi dunia tampaknya belum akan bergeser. Setelah pandemi Covid-19, negara-negara dunia dihadapkan oleh cobaan harga pangan dan energi yang kelewat tinggi, hingga 'hantu' bernama utang.
IMF pun pernah menyampaikan bahwa ada sekitar 60 negara yang ekonominya bermasalah dan rasio utangnya telah lebih dari 100 persen terhadap PDB. Jumlah ini mungkin masih akan bertambah.
Di sisi lain, China dan Amerika Serikat (AS), dua ekonomi besar dihadapkan dengan perlambatan ekonomi. China bermasalah akibat kebijakan zero Covid dan gelombang panas yang membuat panen gagal serta kinerja manufakturnya susut.
Sementara itu, Negeri Paman Sam harus menelan pil pahit dari tekanan inflasi yang direspon oleh kebijakan suku bunga yang superketat. Kondisi ini diamini oleh banyak pejabat di negeri ini, Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan bahwa pemerintah tetap waspada melihat kemungkinan tahun depan adanya efek pengetatan likuditas suku bunga di beberapa negara maju.
"Bahkan (bisa) resesi, ini yang perlu diwaspadai tahun depan," tegasnya.
Lantas, bagaimana pengaruhnya untuk Indonesia?
Sri Mulyani melihat kondisi global ini berisiko menekan sisi permintaan, terutama ekspor. Bahkan, tekanan ini dapat semakin berat dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia, terutama negara-negara maju, yang akan melemah.
Kondisi ini dapat mengancam pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan. Dalam RAPBN 2023, pemerintah memperkirakan ekonomi dalam negeri tumbuh 5,3%. Adapun, pertumbuhan ini ditopang oleh konsumsi, investasi dan produksi dari sektor manufaktur yang diperkirakan menguat.
"Kalau kita lihat 2023 ada tendensi revisi ke bawah terhadap proyeksi ekonomi dari bank-bank sentral di negara maju yang terus menaikan suku bunga pada 2023," jelas Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu (31/8/2022).
"Hal ini diperkirakan akan memukul pertumbuhan ekonomi dan ini akan berpotensi mengenai Indonesia dari sisi ekspor," tegas Sri Mulyani.
Sebelumnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengungkapkan kondisi ekonomi dunia yang masih tertekan dengan bayang-bayang stagflasi dan resesi.
"Risiko stagflasi akan dialami banyak negara," kata Dody Budi Waluyo dalam Economic Update, CNBC Indonesia, dikutip Kamis (1/9/2022).
Namun, dia meyakini perekonomian Indonesia tetap kuat, meskipun kondisi global berpotensi melemah. Pasalnya, fundamental perekonomian Indonesia kuat. "Ekonomi dalam tracking pascapandemi dan BI melihat makroekonomi Indonesia kuat dari inflasi," ujarnya.
(haa/haa)