IRENA: Transisi Energi Bukan Lagi Tantangan, Tapi Peluang!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
01 September 2022 15:20
Ilustrasi (Photo by Andreas Gücklhorn on Unsplash)
Foto: Ilustrasi (Photo by Andreas Gücklhorn on Unsplash)

Bali, CNBC Indonesia - International Renewable Energy Agency (IRENA) mengatakan transisi energi harus dipandang sebagai peluang bukan lagi sebagai tantangan. Alasannya, transisi energi bisa menciptakan industri baru yang memiliki dampak pada pembukaan lapangan kerja baru.

Fransesco La Camera, Direktur Jenderal IRENA mengatakan, bahwa kita sudah harus mengubah narasi tentang transisi energi dari yang sebelumnya tantangan menjadi peluang. "Dan G20 adalah forum utama untuk upaya ini," terang Fransesco dalam agenda Investment Forum on Energy Transitions di Nusa Dua Bali, Kamis (1/9/2022).

Hal yang sama juga telah disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, saat parade konversi sepeda motor BBM ke listrik, Kamis (1/9/2022). Ia bilang, komponen motor listrik bisa diproduksi di dalam negeri sehingga bisa menciptakan lapangan kerja baru dan industri baru.

IRENA berpandangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dapat memainkan peran ekonomis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dunia. Hal ini bisa dicapai dengan melibatkan lebih banyak pelaku pasar dan sistem terpusat berbasis EBT sebagai dukungan. Tingginya harga komoditas fosil bisa jadi peluang untuk EBT mendapat sorotan lebih.

"EBT yang baru dipasang pada 2021 memiliki biaya lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar fosil termurah. Sehingga ini bisa menjadi opsi yang bisa dipilih," ujar Fransesco.

Biaya pemasangan solar panel dan angin turun pada 2022 dan tren ini juga menular ke semua EBT dan memungkinkan untuk teknologi penyimpanan. Biaya Solar PV turun 13%. Sementara energi dari angin darat dan lepas masing-masing turun 15% dan 30% dibandingkan 2020. Hal ini juga menandai penurunan harga sebesar dua digit dalam dua tahun berturut-turut.

EBT juga mendominasi penambahan kapasitas daya baru sejak 2016. pada tahun lalu, sebesar 81% penambahan daya adalah dari EBT. Sementara kurang dari 20% merupakan gabungan penambahan dari energi fosil dan nuklir.

Fransesco menegaskan bahwa transisi energi layak secara teknis dan menarik secara ekonomi dan manfaatnya jauh melebihi biayanya.

"Dengan kebijakan dan pilihan format yang tepat dan yang terpenting dari keduanya, kepemimpinan, masa depan Net Zero sedang menunggu jangkauan kami," pungkas Fransesco.


(ras) Next Article RI Jadi Negara Penting Dalam Transisi Energi di Kawasan Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular