Bacaan Sri Mulyani Soal Pernyataan The Fed, RI Bisa Untung
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menetapkan asumsi inflasi pada tahun depan sebesar 3,3%. Penetapan yang lebih rendah dari kondisi saat ini, sejalan dengan potensi pelemahan ekonomi di negara maju sebagai efek pengetatan suku bunga.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan pihaknya menetapkan asumsi inflasi 3,3% dengan mengacu pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell.
Di depan DPR, Sri Mulyani membacakan secara langsung kutipan dari paparan bos bank sentral AS tersebut: "Reducing inflation is likely to require a sustained period of below-trend growth. While higher interest rates, slower growth and softer labor market conditions will bring down inflation, they will also bring some pain to households and businesses. These are the unfortunate costs of reducing inflation. But a failure to restore price stability would mean far greater pain."
Kutipan ini, menurut Sri Mulyani, berarti bahwa determinasi bank sentral di AS dan Eropa untuk melawan inflasi dengan cost pain dalam bentuk pelemahan ekonomi.
Dengan adanya pelemahan ekonomi, Sri Mulyani melihat adanya potensi pelemahan harga-harga yang selama ini menjadi faktor penekan inflasi di dalam negeri, yakni energi dan pangan.
"Kalau negara maju sudah mengantisipasi di dalam rangka menegndalikan inflasi mereka akan mengambil risiko pelemahan harga-harga yang menjadi pressure point pangan dan energi bisa rendah atau lebih normal," tegasnya.
Di sisi dalam negeri, Sri Mulyani mengungkapkan inflasi yang terjadi dipicu oleh faktor pasokan. Karena pemicu berasal dari sisi pasokan, dia menegaskan pemerintah bersama BI akan fokus menangani sisi pasokan.
"Kita harus fokus untuk menyelesaikan supply. Ini kenapa presiden minggu lalu ketemu tim pengendali inflasi pusat dan daerah," paparnya.
(haa/haa)