Investasi Properti Untung atau Buntung? Begini Penjelasannya

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Rabu, 31/08/2022 15:55 WIB
Foto: Ilustrasi Apartemen (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengamat properti Ajib Hamdani mengatakan, pandemi yang berkepanjangan membuat nilai properti jadi turun. Diwarnai keputusan pemilik properti yang lebih memilih menjual asetnya demi memiliki aset berupa uang tunai. 

Sebelumnya, mengutip salah satu akun media sosial di Twitter menyoroti tren penjualan rumah yang dikeluhkan tak laku-laku. Pemilik akun pun dalam unggahannya menyinggung perubahan pola pikir investasi dalam bentuk properti. Unggahannya itu kemudian di-retweet lebih 8 ribu kali dan disukai 29 ribu akun. 

Ada juga yang mengeluhkan penurunan harga dan nilai aset properti dibandingkan saat awal dibeli. Meski berhasil menjual, terpaksa melepas asetnya di bawah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).


"Tiga tahun terakhir karena pandemi, jadi daya beli lemah. Masyarakat akan menggeser daya belinya ke kebutuhan yang mendasar, akhirnya apartemen stagnan. Bahkan dalam beberapa kasus, orang mengonversi jadi cash, terutama dalam tiga tahun terakhir," katanya kepada CNBC Indonesia, Rabu (31/8/22).

Akibat banyaknya masyarakat memilih menjual aset propertinya, maka suplai di pasar menjadi besar. Sebaliknya, permintaan justru sedikit karena banyak orang yang memilih untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

"Dalam kondisi abnormal ekonomi, ketika shifting dan fokus daya beli masyarakat ke hal mendasar, maka properti akan terkorbankan," ujar Ajib yang juga Ketua Komite Analis Kebijakan Ekonomi Apindo.

Meski saat ini mengalami penurunan, namun Ajib menilai tahun depan sektor properti bakal bangkit (rebound) dan jadi lebih baik. Faktornya karena ada keyakinan pandemi bisa lebih terkontrol.

"Tahun depan (membaik). Tahun ini post recovery, post pandemi dan tahun 2023 baru ekonomi mencapai keseimbangan baru," sebut Ajib.


(dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: RI Gandeng Perusahaan Qatar Bangun 50.000 Apartemen Subsidi