Ekonomi Gelap, 60 Negara Kebanyakan Utang, RI Bakal Krisis?

Wahyu Daniel, CNBC Indonesia
31 August 2022 14:31
Airlangga Hartanto
Foto: Airlangga Hartanto

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi ekonomi penuh ketidakpastian, kegelapan melanda cuaca perekonomian dunia untuk tahun depan. Tak ada yang tahu kapan kegelapan ini akan berakhir, cepat atau lambat. Apakah Indonesia mengalami krisis ekonomi?

Ini menjadi pertanyaan salah satu peserta kuliah umum Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, di Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University, Singapura, Senin (29/8/2022).

Menjawab pertanyaan kritis dan menarik ini, Airlangga segera menjawab. Katanya, kemungkinan Indonesia masuk kepada krisis ekonomi hanya 3% saja. "Fundamental ekonomi Indonesia kuat dan solid," ungkap Airlangga.

Dalam kuliah umum yang dihadiri puluhan orang ini, Airlangga melanjutkan, saat ini ada 60 negara yang bermasalah ekonominya dan rasio utangnya terhadap PDB telah lebih dari 100 persen. Hal ini terkuak saat Airlangga mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva beberapa waktu lalu.

Menurut Airlangga, IMF tidak bisa mencegah 60 negara ini bermasalah dan terganggu secara bersamaan. Bayangkan bila secara bersamaan ada 60 negara bermasalah secara bersamaan.

Airlangga Hartanto dalam Kuliah Umum Indonesia, Singapore, ASEAN and the New Asian Landscape. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel P)Foto: Airlangga Hartanto dalam Kuliah Umum Indonesia, Singapore, ASEAN and the New Asian Landscape. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel P)

Namun Ketua Umum Partai Golkar ini mengatakan, pengalaman Indonesia keluar dari krisis moneter 1998 dan krisis keuangan dunia di 2018 menjadi model dan pelajaran bagi negara-negara berkembang.

Soal potensi krisis ekonomi dunia, Airlangga mengatakan, sektor energi menjadi isu yang penting. Airlangga mengatakan, dirinya tidak yakin harga minyak dunia akan turun di bawah US$ 90/barel pada akhir tahun depan. Alasannya, OPEC yang merupakan gabungan negara produsen minyak terbesar dunia, berencana untuk memangkas produksinya. Ini jadi tantangan berat bagi Indonesia, yang saat ini tengah bergulat pada tingginya subsidi BBM.

"Lalu kedua adalah perubahan iklim yang makin menjadi nyata dampaknya. Seperti yang kita lihat di Shanghai ada pembatasan listrik. Lalu di Eropa termasuk Jerman, kapal-kapan tidak bisa melewati sungai karena airnya berkurang, ini jadi masalah logistik" paparnya.

"Lalu ada isu kekeringan di Inggris yang menyebabkan panen pangan terganggu," imbuhnya.

Semua ini menjadi tantangan berat dan nyata untuk ekonomi di tahun depan. "Karena itu, Kristalina mengatakan ekonomi dunia ternyata lebih gelap dari yang diperkirakan. Namun krisis ini bisa dihadapi dan dilalui bila negara-negara ASEAN bersatu dan solid," tegasnya.

Dalam pidato awalnya pada kuliah umum ini Airlangga mengatakan, periode satu dekade atau 10 tahun ke depan akan dipenuhi dengan turbulensi ekonomi di dunia. Akan ada peralihan-peralihan yang sulit diprediksi.

"Akan ada ketidakpastian yang tinggi bagi para pengambil kebijakan dan pemimpin bisnis. Dan akan ada tekanan besar dari berbagai segmen masyarakat untuk
meminta perlindungan dan bantuan untuk mengatasi badai ini," kata Airlangga.


(wed/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pekerja Bergaji di bawah Rp 3,5 Juta Dapat BLT Rp 1 Juta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular