Eropa Makin Horor! Krisis Energi Biang Kerok Inflasi Meninggi
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang antara Rusia dan Ukraina dampaknya kian signifikan dan merembet ke berbagai negara. Saat ini Eropa tengah berada dalam bayang-bayang krisis energi, inflasi yang meninggi serta bank sentral yang terus berusaha meredam inflasi dengan menaikkan suku bunga.
Sejumlah negara di Eropa kini tengah terancam krisis energi. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol kepada Der Spiegel yang dikutip kembali oleh Reuters.
Negara di kawasan tersebut terancam kekurangan stok bahan bakar pada musim panas tahun ini akibat pasar minyak dunia yang makin ketat. Diketahui, krisis energi saat ini jauh lebih besar daripada guncangan minyak pada 1970-an. Selain itu, kekurangan bahan bakar kali ini berpotensi berlangsung lebih lama.
Adapun, kekhawatiran tersebut datang di tengah langkah drastis Uni Eropa yang menjatuhkan sanksi kepada Rusia berupa embargo minyak. Sebanyak 90% pasokan minyak Negeri Beruang Merah ke Benua Biru akan dihentikan.
Kekhawatiran krisis energi ditambah lagi dengan Rusia mulai menutup pipa sepenuhnya selama tiga hari pemeliharaan yang tidak direncanakan mulai hari Rabu 30 Agustus.
Aksi tersebut membuat Eropa masuk ke dalam krisis energi dan mengirimkan harga gas melonjak ke rekor tertinggi. Gas alam TTF berjangka Belanda bahkan melonjak 264% sejak Juni 2022.
Jerman juga mengalami krisis energi, di mana harga listriknya meroket lebih dari 600% sepanjang tahun hingga Juli. Selain itu Biaya pabriknya meningkat dengan cepat sejak tahun 1949, karena industri berusaha menemukan bahan bakar alternatif.
Terlebih lagi, rekor harga energi ini diperkirakan tidak akan berakhir dalam waktu dekat. Para analis energi memperingatkan kegugupan pasar kemungkinan akan bertahan sepanjang musim dingin.
Krisis ini terjadi karena Rusia telah memangkas aliran gas alam Eropa yang semula melimpah dan digunakan untuk menggerakkan denyut ekonomi Eropa mulai dari pabrik, pembangkit listrik listrik, dan menjaga rumah tetap hangat selama musim dingin.
Saat ini kondisinya lebih kronis lagi dengan pengiriman melalui pipa utama ke Jerman, Nord Stream 1, masih belum kembali pada kapasitas semula yang disebut Moskow karena alasan teknis.
Para pemimpin Eropa telah bersiap akan kemungkinan pemangkasan total pengiriman gas dan menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan energi untuk pengaruh politik dalam konfrontasinya dengan Barat atas perang di Ukraina. Uni Eropa juga telah setuju untuk melakukan penjatahan gas.
(aum/aum)