Geger! Thailand Gonjang-Ganjing, PM Diberhentikan Sementara
Jakarta, CNBC Indonesia - Gonjang-ganjing terjadi di Thailand. Mahkamah Konstitusi menskors Prayuth Chan-Ocha dari jabatan perdana menteri (PM).
Ia kini diberhentikan sementara. Posisi PM kemudian diambil alih oleh Prawit Wongsuwan, salah satu deputi Prayut dan mantan panglima militer.
Meski begitu Prayuth tetap berada di kabinet. Ia kini menjadi menteri pertahanan.
Lalu apa yang terjadi?
Mengutip Reuters dan AFP, ini diawali ketuk palu pengadilan Thailand, Rabu, 24 Agustus lalu. Hakim setuju dengan suara bulat pada tuntutan partai-partai oposisi.
Bahwa, Prayut telah mencapai akhir dari batas delapan tahun masa jabatannya sebagai PM. Pemimpin oposisi mengatakan negara itu membutuhkan kepemimpinan baru.
"Pengadilan mempertimbangkan permohonan dan dokumen pendukung. Serta menganggap fakta menurut permintaan menunjukkan alasan yang masuk akal," kata pengadilan.
"Dengan demikian, suara mayoritas ... untuk (Prayut), ditangguhkan sebagai perdana menteri ... sampai pengadilan mengeluarkan putusan."
Prayuth sendiri mengambil alih kekuasaan di ekonomi terbesar kedua ASEAN itu 2014. Kala itu, terjadi kudeta terhadap pemerintahan PM Yingluck Shinawatra yang terpilih dalam Pemilu.
Ia kemudian melanjutkan pemerintahan itu lima tahun. Kemudian menjadi PM lagi setelah menang Pemilu di 2019.
Bagi pendukungnya, pria 68 tahun itu tidak memimpin dari 2014, karena hanya melanjutkan peninggalan Shinawartha. Ia dianggap baru menjadi PM, sesuai konstitusi, di 2019.
Jika mengikuti logika itu, secara teknis, ia bisa menjabat hingga 2025 dan 2027. Apalagi jika mengikuti pemilu baru yang akan dijadwalkan berlangsung di Maret tahun depan.
Di bawah pengawasan Prayut, demonstrasi puluhan ribu orang terjadi tahun 2020. Tuntutan utama dari gerakan tersebut adalah agar Prayut mengundurkan diri.
Kerajaan sebenarnya juga mencatat kinerja ekonomi terburuk dalam 30 tahun. Pemerintahnya juga menghadapi kritik atas penanganan pandemi.
Di kuartal-II (Q2) 2022, PDB Thailand hanya tumbuh 2,5% secara tahunan pada kuartal yang berakhir Juni. Angka ini jauh di bawah perkiraan pertumbuhan 3%.
Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional Thailand (NESDC), juga merevisi tingkat pertumbuhan setahun penuh yang diharapkan dari 2,5-3,5% menjadi 2,7-3,2%. Lembaga itu juga memaparkan inflasi pada Juni mencapai 7,7% dan berada di 6,5% untuk kuartal tersebut.
Kamis malam, Prayuth pun akhirnya buka suara soal ini. "Saya akan terus melakukan tugas dan tanggung jawab saya sebagai menteri pertahanan untuk rakyat dan Thailand setiap hari," kata Prayuth di akun Twitter resminya, dikutip Jumat (26/8/2022).
(sef/sef)