Internasional

Perang Minggir Dulu, Korsel-Rusia Kerja Sama Nuklir Rp 33,3 T

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Jumat, 26/08/2022 14:35 WIB
Foto: Getty Images/Chung Sung-Jun

Jakarta, CNBC Indonesia - Korea Selatan (Korsel) telah menandatangani kontrak 3 triliun won atau setara Rp 33,3 triliun dengan perusahaan energi nuklir milik negara Rusia. Kesepakatan itu mencakup penyediaan komponen serta pembangun turbin pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertama Mesir.

Melansir Associated Press, Jumat (25/8/2022), para pejabat Korsel memuji kesepakatan itu sebagai kemenangan bagi industri tenaga nuklir mereka. Namun, tak bisa dipungkiri kesepakatan ini membuat canggung sekutu mereka, Amerika Serikat (AS), yang melakukan kampanye tekanan ekonomi untuk mengisolasi Rusia atas perangnya di Ukraina.

Pejabat Korsel mengatakan AS telah berkonsultasi terlebih dahulu tentang kesepakatan itu. Teknologi yang dipasok oleh Seoul untuk proyek tersebut dinilai tidak akan berbenturan dengan sanksi internasional terhadap Rusia.


"Pembangkit listrik tenaga air dan nuklir Korea yang dikelola negara disubkontrakkan oleh Atomstroyexport Rusia untuk menyediakan bahan dan peralatan tertentu dan membangun bangunan turbin dan struktur lain di pabrik yang sedang dibangun di Dabaa," kata Kantor Kepresidenan dan Kementerian Perdagangan Korsel.

Dabaa sendiri merupakan kota pesisir Mediterania yang terletak sekitar 130 kilometer (80 mil) dari barat laut Kairo.

Atomstroyexport, juga disebut ASE, adalah anak perusahaan Rosatom, konglomerat nuklir Rusia milik negara. Perusahaan memiliki kontrak dengan Mesir untuk mengirimkan empat reaktor 1.200 megawatt hingga 2030. Bagian dari proyek Korea Hydro and Nuclear Power berlangsung dari 2023 hingga 2029.

Seorang pembantu senior Presiden Korsel Yoon Suk Yeol mengatakan negosiasi diperlambat oleh "variabel tak terduga," terutama akibat perang Rusia terhadap Ukraina dan kampanye sanksi yang dipimpin AS terhadap Moskow.

Choi Sang Mok, sekretaris senior Yoon untuk urusan ekonomi, mengatakan Korsel memberikan penjelasan kepada AS sebelumnya tentang rencananya untuk berpartisipasi dalam proyek Dabaa.

Sebagai bagian dari sanksi yang dipimpin AS terhadap Moskow, Korsel telah mengakhiri transaksi dengan bank sentral Rusia dan dana kekayaan negara dan melarang ekspor bahan strategis ke Rusia.

Baik Choi maupun pejabat dari kementerian perdagangan Korsel tidak menjelaskan bagaimana krisis di Ukraina dan sanksi terhadap Moskow mempengaruhi negosiasi antara Korea Hydro and Nuclear Power dan ASE.

Choi menekankan bahwa keterlibatan Korsel dalam proyek tersebut tidak akan berbenturan dengan sanksi internasional terhadap Rusia.

"Masalah apa pun dapat dipenuhi oleh berbagai ketidakpastian, tetapi semuanya telah diselesaikan sekarang, dan itulah sebabnya kami dapat menyelesaikan kesepakatan," katanya.

Kantor Yoon menyatakan harapan bahwa partisipasi Korsel dalam proyek Dabaa akan membantu negara tersebut mendapatkan pijakan dalam proyek nuklir masa depan di seluruh Afrika dan juga meningkatkan peluangnya untuk mengekspor ke negara-negara seperti Republik Ceko, Polandia, dan Arab Saudi.

Korea Hydro and Nuclear Power telah terlibat dalam negosiasi dengan ASE sebagai penawar pilihan untuk proyek terkait turbin sejak Desember, sebelum serangan Rusia ke Ukraina pada akhir Februari lalu.


(tfa/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: AS-Rusia Pimpin Nuklir Dunia, Asia Mulai Ngebut