China "Genjot" Lagi Batu Bara, Ada Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - China kembali menambang dan mengimpor lebih banyak batu bara. Ini akibat gelombang panas dan kekeringan terburuk dalam enam dekade yang "menghantam" pembangkit listrik tenaga air negara tersebut.
Kekeringan Sungai Yangtze karena suhu panas yang ekstrem dan curah hujan yang sedikit berdampak pada enam provinsi di sepanjang sungai penting itu. Ini mempengaruhi pasokan air bagi puluhan ribu orang dan memaksa penutupan pabrik di beberapa provinsi untuk menjaga pasokan listrik.
Hal itu pun membawa masalah bagi Provinsi Sichuan. Perlu diketahui, provinsi ini terkenal dengan sumber daya airnya yang kaya dan menyumbang 21% dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) China.
Produksi listrik telah mengalami penurunan kapasitas PLTA sebesar 50% bulan ini. Padahal, gelombang panas yang tak henti-hentinya juga mengakibatkan melonjaknya permintaan listrik sehingga mendorong jaringan listrik di kawasan itu "terjun bebas".
Pemerintah provinsi bahkan telah memerintahkan sebagian besar pabrik tutup selama 11 hari. Penjatahan listrik telah mengguncang rantai pasokan dan berdampak pada produksi perusahaan besar, seperti Toyota, Foxconn, dan Tesla di Shanghai.
Mengutip CNN International, kekurangan di PLTA Sichuan mempengaruhi beberapa pasokan listrik di beberapa kota di timur negara itu termasuk Shanghai. Pemadaman bahkan terjadi selama beberapa pekan ini.
Untuk meredakan krisis, China akhirnya telah meningkatkan produksi. China pun melakukan impor batu bara untuk menghasilkan listrik.
Menurut data Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, secara nasional pembangkit listrik membakar 8,16 juta ton batu bara termal setiap hari selama dua minggu pertama Agustus ini. Itu naik 15% dari tahun lalu.
Pada 3 Agustus misalnya, konsumsi batu bara termal harian mencapai rekor tertinggi 8,5 juta ton. "China sekarang lebih bergantung pada batu bara untuk listrik daripada tahun lalu," tulis media Amerika Serikat (AS) tersebut.
Sementara itu, menurut laporan Sichuan Daily, Sichuan Coal Industry Group-penambang batu bara terbesar di provinsi itu- telah melipatgandakan produksi batu bara termalnya menjadi hampir 15.000 ton per hari sejak pertengahan Agustus.
Pada Jumat lalu, provinsi tersebut juga membuka cadangan batu bara nasional pertamanya di kota Guang'an. Jika penuh, akan mampu memasok enam juta metrik ton per tahun.
China juga membeli lebih banyak batu bara dari negara lain, terutama Rusia, pada saat negara-negara Barat menghindari Moskow karena serangan yang mengakibatkan perang dengan Ukraina.
Statistik bea cukai yang dirilis Sabtu menunjukkan bahwa China membawa 7,42 juta ton batu bara dari Rusia bulan lalu, naik 14% dari periode yang sama tahun lalu. Itu juga merupakan angka bulanan tertinggi sejak statistik yang sebanding dimulai pada 2017.
Di sisi lain, Wakil Perdana Menteri China Han Zheng mengatakan Beijing akan memberikan lebih banyak dukungan untuk pembangkit listrik tenaga batu bara pada "saat kritis". "Ini untuk memastikan bahwa tidak ada kecelakaan dalam pasokan listrik," katanya.
(tfa/sef)