Internasional
Xi Jinping Tebar "Helikopter Duit" Rp 2.000 T, China Krisis?

Jakarta, CNBC Indonesia - China bersiap menggelontorkan stimulus ekonomi sebesar 1 triliun yuan atau setara Rp2.164 triliun. Ini untuk membantu pertumbuhan, mencegah dampak dari penguncian pandemi Covid-19 dan pengaruh krisis di pasar properti yang terjadi di negara tersebut.
Dewan Negara di Kabinet China telah menguraikan paket kebijakan 19 poin pada Rabu. Ini termasuk 300 miliar yuan lainnya untuk diinvestasikan oleh bank kebijakan negara dalam proyek infrastruktur, selain 300 miliar yuan yang telah diumumkan pada akhir Juni.
Pemerintah daerah juga akan mengalokasikan dana 500 miliar yuan obligasi khusus dari kuota yang sebelumnya tidak terpakai. Tambahan ini lebih kecil dari yang diperkirakan beberapa analis, mengingat perkiraan jumlah kuota yang tidak terpakai bisa mencapai 1,5 triliun yuan.
"Dewan Negara berjanji untuk menggunakan dana yang tersedia dalam mempertahankan skala kebijakan yang wajar secara tepat waktu dan tegas," ucap Perdana Menteri Li Keqiang, menurut pembacaan dari penyiar CCTV negara yang dikutip Yahoo News dari Bloomberg.
Meski demikian, Dewan Negara mengatakan ekonomi tidak akan dibanjiri dengan stimulus yang berlebihan. Mengulangi sikap hati-hati pejabat dalam stimulus tahun ini, dewan mengatakan China tidak akan menarik terlalu banyak pada ruang kebijakan untuk melindungi pertumbuhan jangka panjang.
Kemerosotan properti dan penguncian Covid telah membuat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) resmi pemerintah sekitar 5,5% di luar jangkauan. Para ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memproyeksikan pertumbuhan kurang dari 4% tahun ini.
Pemerintah daerah telah mempercepat penerbitan obligasi, sumber utama untuk investasi infrastruktur, tahun ini dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Mereka juga telah menggunakan sebagian besar dari 3,65 triliun yuan yang ditetapkan awal tahun ini.
Ekonom Goldman Sachs Group Inc. mengatakan langkah-langkah yang diumumkan China tidak akan cukup untuk mengangkat tingkat pertumbuhan keseluruhan dari 3% yang mereka proyeksikan.
"Langkah-langkah terbaru dapat membantu mengimbangi kontraksi tajam dalam pendapatan pemerintah dan mendukung pertumbuhan investasi infrastruktur sampai tingkat tertentu," kata para ekonom termasuk Maggie Wei dalam sebuah catatan.
"Tetapi pertumbuhan keseluruhan akan tetap lamban kecuali langkah-langkah pelonggaran kebijakan utama, karena sektor properti yang sangat lemah dan gangguan dari kontrol Covid," kata mereka.
China belum lama ini juga merilis beberapa langkah stimulus, total 1,1 triliun yuan pembiayaan untuk proyek infrastruktur sejak Juni. Bank sentral memberikan kejutan penurunan suku bunga 10 basis poin minggu lalu sementara Beijing mengumumkan sekitar 1,9 triliun yuan langkah-langkah dukungan dalam paket kebijakan 33 poin, termasuk menargetkan usaha kecil, pada Mei.
Dewan Negara pada Rabu juga berjanji untuk menyetujui sejumlah proyek infrastruktur. Otoritas lokal didorong untuk menggunakan kebijakan kredit khusus kota untuk mendukung permintaan perumahan yang wajar.
Di tengah krisis energi yang dipicu oleh kekeringan, dukungan juga diarahkan kepada perusahaan pembangkit listrik milik negara, yang akan diizinkan untuk menjual obligasi 200 miliar yuan, serta 10 miliar yuan subsidi lainnya akan ditawarkan ke sektor pertanian.
[Gambas:Video CNBC]
Heboh Xi Jinping Dikudeta & Jadi Tahanan Rumah! Benarkah?
(tfa/sef)