Soal Rp 1000 Diganti Rp 1, Lebih Baik Sekarang atau Nanti?

hadijah, CNBC Indonesia
25 August 2022 08:15
Uang Rupiah Baru (Dok BI)
Foto: Uang Rupiah Baru (Dok BI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Berbagai pihak mulai dari DPR RI hingga Bank Indonesia (BI) telah buka suara terkait dengan wacana redenominasi rupiah.

Redenomasi adalah menyederhanakan pecahan mata uang dengan mengurangi jumlah angka nol. Misalnya, uang pecahan yang tertulis Rp 1.000, disederhanakan menjadi Rp 1.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi XI Mukhamad Misbakhun menilai saat ini menjadi momentum yang tepat untuk melakukan redenominasi rupiah.
Jika redenominasi harus menunggu stabilitas ekonomi, Misbakhun yakin secara teoritas, kondisi stabil tidak dapat dicapai dengan kondisi geopolitik saat ini.

"Justru sekarang adalah momentum terbaik, to show to the world, di saat dunia dilanda resesi," ungkap anggota dewan dalam Profit, CNBCIndonesia (Rabu, 24/08/2022).

Namun, dia mengingatkan pemangku kebijakan harus memperhatikan aspek sosiologi dan antropologi masyarakat ketika melaksanakan kebijakan besar ini.

Sebagai contoh, ungkapnya, kebijakan peralihan dari sistem pemilihan presiden oleh MPR menjadi pemilihan langsung oleh rakyat. Dia mengatakan hal ini cukup membuat masyarakat bingung.

"Apa yang terjadi? Shock lah, tidak ada sosialisasi. Rakyat hanya tahu sekarang kita memilih presiden langsung. Suddenly, diputuskan 2003, 2004 kita lakukan," ungkapnya, dalam Profit CNBC Indonesia, Rabu (24/8/2022).

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memastikan rencana redenominasi tidak bisa dilakukan secara terburu-buru. Menyederhanakan pecahan dengan menghilangkan sejumlah angka seperti Rp 1.000 menjadi Rp 1 harus dilakukan dalam situasi normal.

"Pesannya, kondisinya harus normal karena negara lain melakukannya dalam kondisi normal," ungkap Perry dalam konferensi pers, Rabu (24/8/2022).

Chief Economist BRI Danareksa Sekuritas Telisa Falianty menilai pemerintah kehilangan momentum sejak redenominasi diperkenalkan sekitar 8 tahun yang lalu. Saat itu kondisi makro ekonomi cenderung stabil sehingga tepat mengambil kebijakan redenominasi.

"Kalau sekarang ada ancaman Covid, jadi masyarakat ini fokusnya banyak, kasihan," ungkapnya.

Apalagi ketidakpastian global semakin tinggi, yang mempengaruhi inflasi serta pertumbuhan ekonomi. Kelompok masyarakat kelas menengah atas mungkin bisa cepat beradaptasi, akan tetapi yang lainnya akan terbebani.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Oh Ternyata Ini yang Bikin Orang Antre Tukar Uang Kertas Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular