Cecar Soal Data, Anggota Komisi VI DPR Tolak Harga BBM Naik

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
Rabu, 24/08/2022 12:12 WIB
Foto: Anteran warga membeli bahan bakar Pertalite dan solar yang mulai sulit ditemukan pada beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di SPBU di kawasan Jalan Raya Bogor, Sabtu (13/8/202). (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi VI DPR meminta pemerintah tidak menaikkan harga BBM bersubsidi. Saat ini, wacana menaikkan harga BBM bersubsidi masih bergulir dan menanti kepastian putusan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Ini masalah sensitif karena akan ada efek domino terhadap kenaikan harga bahan pokok yang merupakan wilayah Menteri Perdagangan (Mendag). Baru jadi menteri langsung menanggapi efek domino kenaikan harga BBM ke pangan," kata Anggota Komisi VI DPR Rieke Diah Pitaloka saat rapat kerja bersama Menteri BUMN dan Menteri Perdagangan, Rabu (24/8/2022).

Rieke menambahkan, dana subsidi termasuk energi yang sudah mencapai Rp502 triliun merupakan anggaran yang fantastis. Karena itu, ujarnya, perlu ada perbaikan agar data penerima subsidi akurat sehingga penerima subsidi benar-benar masyarakat miskin dan tidak mampu.


"Anggaran subsidi naik terus tapi kok harga BBM subsidi malah naik? Mungkin saya yang butuh penjelasan. Dan, kalau data penerima subsidi belum akurat, saya menolak kenaikan harga BBM bersubsidi," kata Rieke.

Hal senada disampaikan Anggota DPR RI Komisi VI Andre Rosiade.

"Kita harap BBM jangan naik dulu," katanya.

Dia juga meminta pemerintah mempercepat penyelesaian masalah BBM bersubsidi, Pertalite yang diperkirakan habis di bulan September mendatang.

Andre mengatakan kuota penyaluran Pertalite yang disetujui oleh pemerintah hanya 23 juta kiloliter, sementara pergerakan masyarakat mulai meningkat membuat kebutuhan akan BBM Pertalite mencapai 28 juta kiloliter pertahun. Artinya ada defisit sekitar 5 juta kiloliter.

"Dan 23 juta kiloliter itu Insyaallah bulan September ini habis. Kami sudah sampaikan berulang kali kepada pemerintah untuk mengambil tindakan apakah pemerintah akan menaikan kuota tapi ini tergantung APBN pemerintah, tau keluarkan aturan pengendalian pemakaian Pertalite," katanya.

Dia meminta usulan menaikkan kuota atau melakukan pengendalian pemakaian Pertalite ini diusulkan dalam Rapat Terbatas dengan Presiden Joko Widodo.

Menurut Andre aturan pemakaian Pertalite diterapkan supaya lebih tepat sasaran, karena dia masih melihat mobil-mobil di atas Rp 500 juta memakai BBM subsidi ini.

"Menurut saya itu harus dibuat aturannya atau gak Pak Pahala sebagai Wakil Komut Pertamina jebol kepalanya. Seakan-akan sekarang Kementerian ESDM, Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan membiarkan Pertamina kerja sendiri biar jebol aja kasnya. harapan saya Menteri BUMN bicara dengan Menteri ESDM dan Menteri Keuangan ambil keputusan," katanya.

Sebelumnya, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat hingga Agustus, konsumsi BBM jenis Pertalite sudah mendekati 80% dari kuota sebesar 23 juta KL.

Adapun jika kondisi tersebut terus berlangsung, maka sampai Oktober kuota Pertalite dipastikan akan habis. Anggota Komite BPH Migas, Saleh Abdurrahman mengatakan tingkat konsumsi BBM Pertalite hingga Agustus tepatnya sudah mencapai 79%.

PT Pertamina (Persero) juga mencatat penyaluran BBM jenis Pertalite hingga Juli 2022 sudah mencapai 16,8 juta kiloliter. Dengan begitu, maka kuota hingga akhir tahun ini hanya tersisa 6,2 juta kiloliter dari kuota tahun ini yang ditetapkan sebesar 23 juta kiloliter.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pertamina hingga Shell Kompak Turunkan Harga BBM