Tolak Harga Pertalite Naik, Buruh Mau Mogok Besar-Besaran

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Selasa, 23/08/2022 18:40 WIB
Foto: Demo Buruh 14 Mei 2022 (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Serikat buruh, serikat petani, dan organisasi sipil yang lain menolak keras rencana kenaikan harga BBM (pertalite) termasuk LPG 3 Kg. Bahkan kalangan buruh sudah mengancam bakal melakukan aksi unjuk rasa serentak di 34 provinsi. Harga pertalite memang belum naik, tapi di berbagai SPBU sudah langka.

"Bilamana BBM dipaksakan naik juga, maka Partai Buruh bersama serikat petani, nelayan, ojek online, pekerja rumah tangga, dan miskin kota akan melakukan pemogokan besar-besaran yang diawali dengan demonstrasi yang melibatkan puluhan ribu buruh di seluruh Indonesia pada awal September," ujar Presiden KSPI Said Iqbal, Selasa (23/8/22).

"Aksi ini, secara serentak akan digelar di 34 provinsi, dengan mengusung isu tolak kenaikan BBM dan tolak omnibus law UU Cipta Kerja," lanjutnya.


Alasan penolakan buruh karena kenaikan BBM akan meningkatkan inflasi secara tajam. Bahkan inflasi bisa tembus di angka 6,5%. Hal itu akan berdampak pada daya beli rakyat kecil semakin terpuruk.

"Khususnya buruh pabrik yang selama 3 tahun tidak naik sudah menyebabkan daya beli turun 30%. Kalau BBM naik, bisa-bisa daya beli mereka turun hingga 50%,"

Alasan penolakan lainnya adalah karena tingkat upah di kalangan buruh yang tidak naik juga akan berdampak pada banyaknya PHK akibat kenaikan harga barang. Hal ini, karena, perusahaan juga akan melakukan efisiensi akibat biaya energi yang meningkat.

Buruh menolak anggapan perbandingan harga BBM dalam negeri dengan negara lain. Padahal, income perkapita sudah sangat jauh. Ketika ada rencana Pemerintah Indonesia menaikkan harga Pertalite ke angka 10.000-an per liter. Dibandingkan dengan Amerika yang Rp 20-an ribu, dan Singapore Rp 30-an ribu; kelihatannya harga pertalite di Indonesia memang rendah.

"Kalau melihat income per kapita, Singapore sudah di atas 10 kali lipat dibandingkan dengan kita. Jadi perbandingannya tidak apple to apple," jelas Said Iqbal.

Kondisi diperparah karena saat ini premium sudah hilang di pasaran, kecuali daerah tertentu. Jadi jangan berdalih, ketika Pertalite naik, masyarakat bisa menggunakan premium. Karena saat ini Pertalite banyak digunakan masyarakat bawah. Setidaknya ada 120 juta pengguna motor di Indonesia.

Solusi yang ditawarkan yakni memisahkan antara pengguna BBM yang bersubsidi dengan tidak bersubsidi. Misal, sepeda motor, angkutan umum, dan kendaraan publik yang lain, BBM nya tidak ada kenaikan. Sedangkan untuk mobil, menggunakan tahun pembuatan. Misalnya yang diproduksi tahun 2005 ke bawah, tidak mengalami kenaikan harga Pertalite.


(hoi/hoi)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Hanif Faisol: Jabodetabek Harus Pakai BBM Standar Euro IV