Internasional

Sadis, Sederetan "Bom" Putin Buat Eropa "Berdarah-darah"

sef, CNBC Indonesia
Selasa, 23/08/2022 15:30 WIB
Foto: REUTERS/MAXIM SHEMETOV

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia kembali memberi "bom" ke Eropa. Kali ini, pipa yang menyalurkan pasokan gas ke beau itu melalui Jerman, Nord Stream 1, akan dimatikan kembali.

Langkah itu akan diambil akhir bulan ini, dari 31 Agustus hingga 2 September. Gazprom mengatakan ada masalah teknis dengan satu-satunya kompresor pipa yang tersisa membutuhkan perbaikan lagi.

BUMN gas Rusia itu juga mengatakan transmisi gas akan dilanjutkan dengan kecepatan 33 juta meter kubik (mcm) per hari ketika pekerjaan pemeliharaan selesai. Namun, ini belum pasti dan masih harus menunggu hasil perbaikan.


Perlu diketahui 33 mcm gas per hari itu jauh dari pasokan ideal yang bisa mengalir dari pipa tersebut. Kapasitas maksimal gas yang dapat dialirkan melalui Nord Stream 1 adalah sekitar 160 juta meter kubik (mcm) per hari atau 55 miliar meter kubik (bcm) per tahun.

Pengumuman ini diyakini akan membawa nelangsa bagi Eropa. Pasalnya, pernyataan datang ketika pemerintah Eropa berebut untuk mengisi fasilitas penyimpanan bawah tanahnya dengan pasokan gas alam agar energi industri dan warganya bisa tercukupi selama musim dingin.

Perlu diketahui akibat minimnya energi yang juga merambat ke sejumlah sektor termasuk energi dan makanan, inflasi menjadi tinggi di kawasan itu. Sejumlah negara pun terancam resesi.

IMF menegaskan akan ada perlambatan khususnya di empat negara kawasan. Jerman hanya akan tumbuh 1,2% (sebelumnya 2,9%), Prancis 2,3% (sebelumnya 6,8%), Italia 3% (sebelumnya 6,6%) dan Spanyol 4% (sebelumnya 5,1%).

"Dalam waktu dekat, kami memperkirakan resesi di Eropa pada musim dingin 2022-2023 sebagai akibat dari kekurangan energi dan inflasi yang terus meningkat," kata analis Economist Intelligence Unit (EIU) dimuat The Guardian.

"Musim dingin 2023-24 juga akan menantang, jadi kami memperkirakan inflasi tinggi dan pertumbuhan lamban setidaknya hingga 2024."

Namun sebelum itu, Rusia memang telah menjatuhkan sejumlah serangan lain ke Eropa. Ini buntut balas dendam atas sanksi yang diberikan karena menyerang Ukraina.

Berikut di antaranya dirangkum CNBC Indonesia Selasa (23/8/2022).

Bayar Gas dengan Rubel

Sanksi ini diberikan di awal perang oleh Rusia, saat Eropa dan AS memutus Moskow dari jaringan keuangan internasional. Kala itu Barat yakin akan membuat Moskow tidak dapat memperoleh pembayaran minyak dan gas yang biasanya dibayarkan dengan bentuk euro oleh negara Eropa.

Namun, pembalasan diberlakukan Putin dengan mengeluarkan pembayaran gas Rusia harus dengan mata uang Rubel. Apabila hal ini tidak dibayarkan maka Moskow akan menyetop aliran gasnya.

Langkah Putin ini nyatanya membuat beberapa negara Eropa mengalah seperti Slovakia dan Hungaria. Pasalnya, aliran gas Rusia sangatlah penting bagi wilayah itu. Bahkan, Rusia sebelumnya menyuplai 40% kebutuhan gas benua itu.

Serangan Siber

"Bom" lain yang dikerahkan Rusia untuk membalas Barat adalah dengan serangan siber. Rusia dilaporkan melancarkannya kepada lembaga pemerintahan 10 negara Eropa.

Hal ini akibat sanksi Eropa yang membuat Moskow tak dapat mengirimkan logistik ke wilayah enklavenya di Laut Baltik, Kaliningrad, melalui Lithuania. Serangan ini sendiri sebenarnya diluncurkan oleh sebuah kelompok pro-Rusia bernama Killnet.

Mengarahkan Nuklir

Serangan balasan lain yang dilakukan Rusia termasuk menempatkan beberapa rudal berkemampuan nuklir jenis Iskander dekat dengan negara-negara Eropa. Rudal itu ditempatkan di sebuah wilayah enklavenya yang terletak di bibir Laut Baltik bernama Kaliningrad.

Menurut pensiunan jenderal militer Moskow yang saat ini menjabat sebagai Komite Pertahanan di parlemen Duma, Vladimir Shamanov, sebenarnya Iskander telah ditempatkan di wilayah itu dari 2018 silam. Meski begitu, Shamanov tidak mengatakan secara pasti berapa unit Rudal Iskander yang ditugaskan di wilayah itu.

Memotong Pasokan Gas hingga 40% dan Mematikan 10 Hari

Sebelum rencana mematikan Nord Stream 1 di akhir Agustus nanti, sebenarnya Rusia telah memotong suplai gas ke Eropa yang dialirkan melalui pipa gas itu. Ini dilakukan Juni, di mana gas yang mengalir hanya 40% dari kapasitas awal.

Kala itu, Gazprom juga beralasan masalah teknis. Disebutkan bahwa sanksi Barat, karena Presiden Vladimir Putin menyerang Ukraina, membuat sejumlah alat terkendala perbaikannya dan pengembaliannya ke Rusia.

Setelahnya, ini pun diikuti dengan mematikan Nord Stream 1 selama 10 hari di bulan Juli dengan alasan yang sama. Setelahnya pasokan gas yang disalurkan hanya 33 mcm per hari.

Kala itu, Jerman telah menolak penjelasan teknis Gazprom untuk pengurangan gas. Negeri Panser mengatakan berulang kali bahwa itu hanya dalih untuk keputusan politik Kremlin untuk menabur ketidakpastian serta lebih lanjut mendorong harga energi.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: 80% LPG RI Berasal Dari Impor!