Ada Fenomena Perusahaan Pindah Sewa Kantor, Ini Penyebabnya

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
22 August 2022 18:15
Suasana Gedung Kementrian di Kawasan Jakarta, Rabu 7/8. Pemindahan ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari Jakarta ke salah satu lokasi di Kalimantan membutuhkan anggaran yang tidak sedikit, mencapai Rp 466 triliun. Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan Salah satu komponen utama pendanaan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 
Potensinya sangat kasar. Pemetaan potensi aset di Medan Merdeka, Kuningan, Sudirman, dan Thamrin perkiraan Rp 150 triliun. Ini bisa menambal kebutuhan APBN. Tadinya dari APBN butuh Rp 93 triliun. Artinya dengan Rp 150 triliun bisa menutup untuk bangun istana, pangkalan TNI, dan kebutuhan rumah dinas. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Gedung Perkantoran di Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ruang perkantoran banyak yang kosong seiring berkembangnya tren bekerja dari rumah (work from home/ WFH) atau kerja dari mana saja (work from anywhere/ WFA). Hal ini diduga jadi penyebab semakin banyaknya perusahaan berpindah lokasi kantor dan merampingkan ruang kerja. 

"Dari beberapa laporan teman ada kenaikan permintaan. Misalnya ada pencarian buat satu lantai, sudah ada," kata Ketua DPD Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) DKI Jakarta Clement Francis kepada CNBC Indonesia, Senin (22/8/22).

Perusahaan yang mencari kantor itu kebanyakan berpindah dari kantor sebelumnya yang harga sewanya lebih tinggi. Selain itu, ada juga yang mengurangi ruang sewa, misalnya dari dua lantai menjadi satu lantai.

Berbagai langkah tersebut dilakukan demi efisiensi. Perusahaan pun belum terlalu berani mengeluarkan biaya besar untuk biaya operasional. Akibatnya, komponen pengeluaran untuk sewa kantor tak juga naik.

"Iya, jauh dibandingin 2019 nggak bisa, tapi bicara harga masih belum (berubah). Perbedaan sampai 20% ada," kata Clement.

Sebelumnya, Colliers Indonesia mencatat okupansi kantor wilayah pusat bisnis (CBD) menurun 5% di kuartal-IV tahun 2021 dibandingkan tahun 2019, atau menjadi 78,4%.

Konsultan properti itu juga melihat banyak perusahaan yang mengurangi ruang kantor pada tahun 2021. Tercatat paling tidak terjadi penurunan 10 - 30% saat perusahaan mau memperbaharui kontrak sewanya.

Tercatat paling tidak ada 350 ribu meter persegi tambahan ruang gedung baru di 2022. Menambah total kumulatif supply 6,96 juta meter persegi.

Sehingga dari grafik okupansi yang ditunjukkan Colliers terlihat okupansi terus menurun hingga 2023 berada di bawah 80%, dan baru mulai merangkak naik pada tahun 2024.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WFO Bisa 100% Kok Fenomena Kantor 'Hantu' Masih Ada?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular