Tanda-tanda Harga BBM Pertalite Bakal Naik Sudah Terlihat

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
Jumat, 19/08/2022 10:11 WIB
Foto: Sejumlah kendaraan roda dua mengantre untuk mengisi BBM jenis Pertalite di Jl. Tali Raya, Slipi, Jakarta, Selasa (16/8/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah di tengah harga minyak mentah dunia yang masih mendidih atau di level US$ 100 per barel, masih menahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya BBM RON 90 atau Pertalite dan Solar Subsidi.

Ditahannya harga BBM Pertalite dan Solar Subsidi itu karena langkah pemerintah yang masih memberikan subsidi besar di tahun ini atau dalam APBN tahun 2022 nilai subsidi untuk sektor energi termasuk di dalamnya adalah BBM, LPG dan listrik mencapai Rp 502,4 triliun.

Tapi seperti tak ikhlas, berulang kali pemerintah teriak mengenai kesanggupan negara melakukan subsidi dengan nilai yang sangat besar itu. Maka dari itu, kemarin Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi Tahun 2022 , Kamis (18/8/2022) telah memerintahkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani untuk menghitung ulang APBN soal subsidi BBM. "Apakah APBN akan kuat? (menanggung subsidi BBM), nanti akan dihitung oleh Menkeu," jelas Presiden Jokowi.


Asal tahu saja, nilai subsidi Rp 502,4 triliun itu terancam bertambah tatkala adanya rencana penambahan kuota BBM Pertalite dan Solar Subsidi yang saat ini semakin sekarat.

Sampai Juli 2022 ini, kuota BBM Pertalite tersisa 6,2 juta Kilo Liter (KL) dari kuota sampai akhir tahun yang mencapai 23 juta KL. Sementara untuk konsumsi Solar subsidi hingga Juli 2022 sudah mencapai 9,9 juta KL dari kuota tahun ini sebesar 14,91 juta KL. Dengan begitu, maka sisa kuota Solar subsidi hingga Juni tinggal 5,01 juta KL.

Nah, kuota tersebut diprediksi habis pada pertengahan Oktober ini. Mau tidak mau pemerintah harus bertindak secepatnya baik itu pembatasan atau penambahan kuota.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menjelaskan, subsidi energi yang mencapai Rp 502 triliun di tahun ini sudah terlalu besar. Jika ditambah lagi tentu akan membuat APBN menjadi tekor. "Sekarang pemerintah sedang menjajaki opsi-opsi kalau APBN-nya cukup berat," tegas Susiwijono, Senin (15/8/2022).

Opsi penambahan subsidi energi menurut Susiwijono adalah hal yang tidak mungkin dilakukan, mengingat tahun depan APBN sudah harus kembali defisit di bawah 3%. Oleh karena itu, opsi yang paling memungkinkan adalah dengan menaikkan harga energi di dalam negeri, salah satunya harga BBM Pertalite.

"Supaya gap-nya tidak terlalu tinggi antara harga jualnya, dengan harga keekonomian kan tinggi sekali tuh, dari Rp 7.000 dengan Rp 17.000 (per liter). Solar dari Rp 5.000 dengan Rp 18.000, kan jauh. Kita sedang menghitung apakah perlu opsi kenaikan harga. Kemarin Bu Menkeu (Sri Mulyani Indrawati) sudah menyampaikan," jelas Susiwijono.

Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR juga tidak setuju dengan adanya tambahan subsidi. "Tidak ada penambahan subsidi, pilihan yang bisa ditempuh pemerintah adalah menaikkan harga energi yang disubsidi dengan mempertimbangkan dampak inflasi dan daya beli rumah tangga miskin," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Senin (15/8/2022).

"Banggar DPR tidak akan mengubah alokasi subsidi energi pada tahun ini. Banggar DPR juga telah lama menyarankan kebijakan reformasi kebijakan subsidi energi. Sebaiknya pemerintah segera menjalankan kebijakan reformasi subsidi energi," paparnya.

Mengingat tidak disetujuinya penambahan kuota maupun subsidi, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan harus ada penyesuaian harga Pertalite. "Kalau memang gak ada alokasinya (penambahan) itu, ya kita harus sesuaikan (harga Pertalite), iya dong kalau gak naik gimana?" kata Arifin saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (15/8/2022). "Kita yang terbaik buat negara supaya ke depannya (negara bertahan), harga minyak mentah aja gak turun turun ya to," kata dia.

Sinyal kenaikan harga BBM sejatinya telah dilontarkan oleh Menteri Investasi atau Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia. Pembahasan rencana kenaikan harga BBM ini juga dilakukan di tengah keputusan Badan Anggaran (Banggar) DPR yang menolak adanya penambahan subsidi melalui tambahan kuota BBM Pertalite dan Solar Subsidi.

"Saya menyampaikan sampai kapan APBN kita akan kuat menghadapi subsidi yang lebih tinggi, jadi tolong teman-teman sampaikan juga kepada rakyat bahwa rasa-rasanya sih untuk menahan terus dengan harga BBM seperti sekarang feeling saya harus kita siap-siap kalau katakanlah kenaikan BBM itu terjadi," kata Bahlil di Gedung Kementerian Investasi, Jumat (12/8/2022).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Airlangga Hartarto membeberkan, bahwa harga Pertalite sesuai dengan keekonomian seharusnya Rp 13.150 per liter. Sementara Pertamax keekonomian mencapai Rp 15.150 per liter.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: 1 Agustus, Harga Pertamax Cs Turun Rp 200 Per Liter