
Komoditas: Berkah Sekaligus Kutukan Buat Indonesia

3. Batu bara/CPO/ mineral
Booming terjadi 2004-2013 dan dipicu oleh melambungnya perekonomian emerging market terutama China, India, dan Brazil. Permintaan akan komoditas seperti batu bara, mineral mentah, hingga minyak sawit mentah (CPO) melonjak tajam seiring kencangnya pertumbuhan di negara tersebut. Ekspor dan penerimaan negara pun melesat.
Bila sebelumnya Indonesia menggantungkan migas, CPO menjadi primadona baru sebagai komoditas andalan ekspor Indonesia. Kontribusinya ke total ekspor bahkan mencapai 15%.
Indonesia adalah produsen terbesar CPO di dunia dengan total produksi mencapai 46,88 juta ton pada 2021.
Booming komoditas membawa perekonomian Indonesia tumbuh 6-6,5% pada periode 2007-2013 setelah hanya berkutat di kisaran 4% pada 2004.
Bank Dunia juga memperkirakan booming CPO mampu mengentaskan kemiskinan hingga 1,3 juta. Namun, booming komoditas membuat Indonesia melupakan hilirisasi terhadap komoditas mentahnya seperti bauksit, nikel, hingga tembaga. Indonesia mulai menggiatkan hilirisasi sejak 2014 setelah booming berakhir.
Penerimaan booming komoditas bahkan habis untuk mendanai subsidi BBM. Pada 2011, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sumber Daya Alam (SDA) menembus Rp 213,8 triliun, jauh di atas targetnya yakni Rp 191,98 triliun.
Namun, penerimaan kemudian terkuras karena subsidi energi membengkak menjadi Rp 255,6 triliun. Realisasi tersebut jauh di atas yang ditetapkan dalam APBN-P sebesar Rp 195,29 triliun.
Pada 2012, peneriman PNBP SDA mencapai Rp 225,8 triliun, di atas target yang ditetapkan sebesar Rp 217,2 triliun. Pada tahun tersebut, subsidi juga bengkak menjadi Rp 306,5 triliun, jauh di atas yang dialokasikan yakni Rp 202,4 triliun.
Dampak booming Indonesia seperti hilang setelah krisis finansial global serta anjloknya harga minyak mentah. Perekonomian Indonesia langsung anjlok ke 4,9% pada 2015. Indonesia juga berjuang melepaskan diri dari jepitan defisit ganda, defisit fiskal dan defisit transaksi berjalan.
Pada tahun ini, booming komoditas kembali terjadi. Pemicunya kali ini adalah perang Rusia-Ukraina. Perang membuat harga komoditas pangan dan energi ke level yang belum pernah tercatat sebelumnya.
Harga CPO, batu bara, minyak mentah, dan nikel mencapai level tertingginya dalam beberapa tahun. Ekspor Indonesia mencatatkan rekor tertinggi dalam sejarah pada April tahun ini dengan nilai US$ 27,33 miliar.
Pemerintah juga menerima tambahan penerimaan sebesar Rp 420 triliun dari booming komoditas. Kenaikan penerimaan tersebut dimanfaatkan untuk menambah subsidi energi. Dengan subsidi tersebut, inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia memang menjadi terjaga.
Namun, melandainya harga komoditas kini sudah mulai terasa. Indonesia pun dituntut untuk segera bekerja keras kembali meningkatkan penerimaan tanpa bantuan komoditas lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)[Gambas:Video CNBC]