Hiperinflasi Kini Ancam Indonesia, Mungkinkah Terjadi?

Hadijah Alaydrus, CNBC Indonesia
18 August 2022 10:00
CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Risiko hiperinflasi atau laju kenaikan harga yang terjadi secara cepat menjadi isu besar yang diungkit oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) para menteri Kabinet Maju Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

Ketua MPR Bambang Soesatyo memperkirakan Indonesia berpotensi mengalami hiperinflasi sebesar 10%-12%.

"Pada bulan September 2022, kita diprediksi akan menghadapi ancaman hiper-inflasi dengan angka inflasi pada kisaran 10% hingga 12%," kata Bambang.

Sementara itu, dia memperkirakan inflasi pada bulan Agustus ini dapat mencapai 5%-6%

Menurut Bambang, kenaikan inflasi dapat menjadi ancaman bagi perekonomian nasional. Pada Juli lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, angka inflasi telah berada di level 4,94% dan diperkirakan akan terus meningkat.

Dalam konferensi pers Nota Keuangan & RUU APBN 2023, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan pemerintah dan sejumlah pemangku kepentingan terkait akan terus melakukan kerja sama agar tantangan hiperinflasi bisa dikalkulasi.

"Mendorong agar program kebijakan ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi efektif dengan masyarakat, sehingga tantangan hiperinflasi bisa kita tangani tahun ini," kata Airlangga, Selasa (16/8/2022).

Adapun, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo telah mengingatkan bahwa inflasi pada tahun ini dapat melebihi batas atas sasaran inflasi yang dipatok 2%-4% tahun ini.

Hal ini dipicu oleh tingginya harga energi dan pangan global, diikuti oleh gangguan cuaca.

"Selain itu, tekanan kenaikan permintaan akan menekan inflasi dari sisi permintaan ke depannya," ujar Perry dalam Rakornas Pengendalian Inflasi Tahun 2022 TPID, Kamis (18/8/2022).


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Ramal Inflasi Indonesia Tembus 4,2% pada 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular