
Jokowi Akui Ini Bikin Harga BBM Naik Tak Bisa Ditahan Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara mengenai kondisi tekanan pada anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022 imbas melejitnya harga minyak dunia. Harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri yang biasa masih disubsidi bisa berpotensi naik, apalagi bila harga komoditas yang selama ini jadi sumber uang Indonesia, justru harganya turun.
Harga minyak dunia tadinya diasumsikan US$ 60 per barel, namun realitanya sekarang rata-rata di level US$ 105 per barel. Sehingga opsinya adalah menambah subsidi sebesar sampaiĀ RP 502 triliun agar tidak ada kenaikan yang bisa membebani masyarakat. Baik untuk Pertalite, LPG 3 kg dan listrik.
Namun dikarenakan selisih dengan Pertamax cukup jauh, konsumsi Pertalite melonjak drastis. Kuota BBM Pertalite hingga akhir tahun ini hanya tersisa 6,2 juta KL dari kuota tahun ini yang ditetapkan sebesar 23 juta KL.
"Rp 502 triliun mungkin masih kuat tapi kalau ditambah mungkin sudah sangat berat sekali. Atau kalau harga komoditas turun, Rp 502 triliun pun mungkin kita juga tidak kuat," jelas Jokowi dalam Economic Update 2022 yang ditayangkan pada program Squawkbox, Kamis (18/8/2022). Wawancara ini turut dipersembahkan oleh "BNI For Stronger Indonesia".
Subsidi sebesar itu bisa dilakukan karena pemerintah mendapatkan banyak setoran imbas lonjakan harga komoditas internasional. Baik melalui batu bara, nikel, bauksit, tembaga hingga minyak kelapa sawit. Hingga akhir tahun diperkirakan penerimaan dari 'durian runtuh' tersebut bisa mencapai Rp 420 triliun.
Jokowi tidak spesifik menyebut akan menaikkan harga BBM. Namun sinyalnya cukup jelas, apabila beban APBN sudah terlalu berat, maka opsi kenaikan bisa diambil. Apalagi selisih harga keekonomian untuk Pertalite dan Solar sudah sangat jauh.
Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut menyadari pemberian subsidi memang tidak lebih baik dibandingkan pembangunan infrastruktur atau bantuan sosial yang turut bisa dirasakan masyarakat masyarakat kelas menengah bawah. Akan tetapi situasi sekarang masih sangat berat.
![]() Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Economic Update 2022 |
Masyarakat baru pulih dari pandemiĀ Covid-19 yang menghantam sejak 2 tahun terakhir. "Ini ada hitungan risiko. Kalau itu kita biarkan sesuai dengan harga pasar dan keekonomian inflasi kita juga bisa meledak, itu ada plus minusnya atau daya beli masyarakat menjadi turun atau lari lagi ke growth kita menjadi turun juga karena konsumsi rakyat menurun," jelas Jokowi
"Ini pilihan-pilihan, memang sekali lagi dunia dalam keadaan sulit dan kita pun berada dalam posisi itu. Kita hanya memiliki keuntungan harga kenaikan komoditas," pungkasnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Subsidi BBM Rp500 T Lawan Mekanisme Pasar, Awas Langka!