Internasional

Hubungan Erdogan-Putin Bikin Uni Eropa Jengkel, Ini Sebabnya

luc, CNBC Indonesia
17 August 2022 09:30
Russia's President Vladimir Putin, right, and Turkish President Recep Tayyip Erdogan shake hands after a joint news conference followed six-hour talks in the Kremlin, in Moscow, Russia, Thursday, March 5, 2020. (Presidential Press Service via AP, Pool)
Foto: AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai dan volume ekspor Turki ke Rusia meningkat secara signifikan dari level 2021, karena perusahaan-perusahaan Turki bergegas melayani pasar yang ditinggalkan oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE).

Hal tersebut membuat para pejabat Brussels, markas Uni Eropa, tidak senang. Bahkan, hal itu dianggap sesuatu yang tidak baik.

Data terbaru dari Kementerian Perdagangan Turki menunjukkan ekspor ke Rusia mencapai lebih dari US$ 2 miliar antara Mei dan Juli, US$ 642 juta lebih banyak daripada periode yang sama tahun lalu.

Pada Juli saja, nilai ekspor naik 75% dari tahun ke tahun, dari US$ 417 juta menjadi US$ 730 juta. Itu adalah lonjakan terbesar dalam ekspor Turki di manapun.

Adapun, Rusia sekarang menyumbang 3,9% dari semua ekspor Turki, naik dari 2,6% Juli lalu.

Ekspor Ankara ke AS juga naik 25%, dan nilai total ekspornya 13% lebih tinggi dari tahun lalu, kata Kementerian Perdagangan Turki. Sebagian dari itu adalah karena inflasi yang sedang berlangsung yang mendevaluasi lira Turki.

Faktor lainnya adalah embargo terhadap Rusia yang dipimpin oleh AS dan sekutu Uni Eropa, di mana turki menolak untuk berpartisipasi.

"Itu ada di radar kami," kata seorang pejabat Uni Eropa yang berbicara dengan Financial Times dengan syarat anonim. "Itu tidak baik dan tidak dianggap baik oleh UE. Ini menjengkelkan," katanya, dikutip Russia Today, Rabu (17/8/2022).

Beberapa ibu kota Uni Eropa dilaporkan telah menanyakan kepada Ankara tentang hubungan Turki dengan Rusia.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menjamu mitranya dari Turki Recep Tayyip Erdogan di Sochi awal bulan ini.

Erdogan mengejar apa yang dia sebut pendekatan "seimbang" untuk konflik di Ukraina, menjual pesawat tak berawak ke Kyiv sambil mempertahankan hubungan ekonomi dengan Moskow. Pejabat dan pemimpin bisnis Turki secara terbuka menerima peluang yang diciptakan oleh eksodus perusahaan AS dan Uni Eropa yang didorong oleh sanksi dari pasar Rusia.

"Tidaklah tepat untuk meningkatkan hubungan atau keterlibatan dengan Moskow," kata Peter Stano, kepala juru bicara untuk layanan diplomatik Uni Eropa.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Langka! Melihat Senyum Manis Putin Bertemu Erdogan di Iran

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular