Internasional

Miliarder Rusia Bicarakan Putin, Kenapa Tak Menentang Perang?

sef, CNBC Indonesia
Senin, 15/08/2022 21:42 WIB
Foto: Boris Mints (Photo by Evan Agostini/Invision/AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Miliarder Rusia, Boris Mints bicara soal serangan Rusia ke Ukraina dan Presiden Vladimir Putin.

Pengusaha kaya itu menjawab, kenapa mayoritas orang terkemuka di Moskow tetap diam selama perang, menghindari kritik terhadap Kremlin.

"Ada satu penjelasan sederhana ... Mereka semua takut," tulis BBC memuat pernyataan Mints, dikutip Senin (15/8/2022).


Rusia disebut bisa menindak kritik keras ke Putin. Protes juga telah dilarang di negara itu sejak 2014.

"Setiap orang yang secara terbuka mengkritik Putin memiliki alasan untuk khawatir tentang keselamatan pribadi," tambahnya lagi.

Menurut pendiri perusahaan investasi 01 Group tersebut, cara biasa untuk menghukum pemilik bisnis yang menentang rezim di Rusia adalah dengan membuka kasus pidana palsu terhadap bisnis mereka. Itu tak akan berdampak pada si pebisnis ta[I juga keluarga dan karyawan.

"Setiap pemimpin bisnis yang independen dari (Putin) dipandang sebagai ancaman karena dia mungkin mampu membiayai oposisi atau memupuk protes," tambahnya.

"Dengan demikian, orang-orang itu dipandang sebagai musuh Putin dan, oleh karena itu, sebagai musuh negara," katanya.

Perlu diketahui Mints sendiri tak tinggal di Rusia. Ia pergí ke Inggris sejak 2015.

Mantan pekerja pemerintahan Boris Yetsin melakukan hal itu pasca menentang kebijakan Putin di 2014. Ini terkait Krimea yang dianeksasi dari Ukraina.

"O1 Group menemukan dirinya dalam konflik terbuka melawan Bank Sentral Rusia", katanya menceritakan perusahaannya yang terjerat kasus di Rusia.

"Ketika hal-hal seperti ini mulai terjadi, itu adalah sinyal yang jelas bahwa seseorang harus segera meninggalkan negara itu," tambahnya.

Sebelumnya, dua oligarki paling terkemuka di Rusia, Mikhail Fridman dan Oleg Deripaska, juga berhenti mengkritik langsung Putin ketika mereka membuat seruan terpisah untuk perdamaian di Ukraina.

Fridman yang seorang bankir misalnya, mengatakan setiap pernyataan pribadinya bisa menjadi risiko tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk staf dan rekan.

"Presiden Putin keji ... invasi itu adalah peristiwa paling tragis dalam sejarah baru-baru ini, tidak hanya di Ukraina dan Rusia, tetapi secara global," kutip BBC lagi memuat komentar Mints, yang membandingkan serangan Putin dengan Adolf Hitler ke Polandia di 1939.

Rusia menyerang Ukraina sejak akhir Februari lalu. Hingga kini perang masih terus terjadi.

Meski negara Barat memberi sanksi, perang tak juga usai. Menurut PBB sedikitnya 5 juta orang menjadi korban perang terburuk dalam sejarah Eropa modern itu.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Genset Terimbas Efisiensi, Pelaku Usaha Berharap Ini