Diam-diam AS & China Mesra Banget Loh, Ini Buktinya!

Maesaroh, CNBC Indonesia
Jumat, 12/08/2022 07:10 WIB
Foto: Presiden China Xi Jinping (kanan) berjabat tangan dengan Wakil Presiden AS Joe Biden (4/12/2020). (AP/Lintao Zhang)

Jakarta, CNBC Indonesia- China boleh bersitegang dan terus mengancam Amerika Serikat (AS) karena apa yang terjadi di Taiwan. Namun, Beijing tetap membutuhkan AS sebagai tempat berinvestasi demi meningkatkan posisi tawar mereka dalam perekonomian global.

Hubungan hubungan China dan Amerika Serikat (AS) memanas sejak pekan lalu setelah Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan.

Beijing menganggap kehadirannya sebagai provokasi besar karena menganggap Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri dan demokratis sebagai wilayahnya dan telah berjanji suatu hari akan mengambil pulau itu, dengan paksa jika perlu.

Hubungan panas kedua negara memang kerap panas-dingin. Sama-sama memiliki peran besar dalam perekonomian global tetapi beda ideologi, kedua negara kerap bersitegang karena persoalan politik atau ekonomi.


Ketegangan kedua negara bahkan membuat China memilih untuk "membuang" surat utang pemerintah AS yang dipegang mereka.

Berdasarkan data dari Departemen Keuangan, China masih memegang surat utang AS senilai US$ 980,8 miliar atau senilai Rp 14.516 triliun (kurs US$1=Rp14.800) per Mei 2022. Artinya, untuk pertama kalinya dalam 12 tahun terakhir, kepemilikan China akan obligasi pemerintah AS berada di bawah US$ 1 triliun.

China juga kini sudah tidak menjadi pemegang terbesar obligasi pemerintah AS. Posisinya sudah digeser oleh Jepang. Namun, China diyakini tidak akan "membuang" obligasi AS secara membabi-buta.

Dilansir dari Chinapower.csis.org, China tetap membutuhkan AS sebagai tempat berinvestasi. Dengan memiliki obligasi AS, China bisa semakin mengakselerasi pertumbuhan ekonomi mereka.

Ekonomi China sangat berorientasi ekspor dan AS. Ekspor tidak hanya menggerakan pertumbuhan China tetapi menciptakan jutaan tenaga kerja.

AS adalah mitra dagang terbesar Beijing. Ekspor China ke AS menembus US$ 504, 94 miliar sementara impor mereka anya US$ 151,44 miliar pada 2021.

Dengan ekspor yang lebih besar, China membutuhkan penguatan dollar AS dan melemahnya nilai mata uang mereka, yuan renminbi.
Melemahnya renminbi akan membuat produk China semakin menarik karena lebih murah.

Langkah China membeli surat utang pemerintah AS dalam jumlah bisa meningkatkan permintaan akan dollar AS  sehingga mata uang greenback menguat. Penguatan dollar AS ini membuat produk China semakin murah sementara sebaliknya produk AS semakin mahal. Penguatan dollar juga akan membuat renminbi melemah sehingga otomatis akan meningkatkan nilai ekspor China.

Dengan ekspor yang terus naik maka penerimaan valas dalam bentuk dollar AS terus meningkat. Dengan memiliki cadangan devisa yang besar China bisa terus menjaga nilai tukar renminbi seperti yang mereka inginkan.

China juga berambisi untuk menjadikan yuan renminbi sebagai mata uang global. Dengan mata uang mereka yang melemah, mitra dagang ataupun pasar keuangan global diharapkan semakin menjadikan renminbi sebagai pilihan dibandingkan dollar AS karena lebih murah.

China sudah membuka pusat perdagangan yuan di London, Inggris, dan Frankfrut, Jerman.
"Ini menjadikan yuan diperdagangkan lebih luas di pasar global, bersama dollar AS," tulis
Chinapower.csis.org dalam laporannya Is it a Risk for America that China Holds over $1 Trillion in U.S. Debt?

China juga membutuhkan surat utang pemerintah AS untuk tetap menjaga pertumbuhan ekonomi AS. Jika China melepas obligasi AS dalam jumlah besar maka permintaan dollar AS akan amblas sehingga mengganggu keseimbangan perdagangan internasional dan ekonomi global. Kondisi tersebut bisa menurunkan pertumbuhan global dan merembet ke China.

Poros Beijing juga memerlukan AS sebagai tempat investasi yang aman serta tempat untuk mengembangkan cadangan devisa mereka. Bagaimanapun AS adalah pemilik terbesar dollar AS dan memiliki posisi strategis dalam pasar keuangan internasional.
Aset berdenominasi dollar seperti dollar AS dan surat utang pemerintah AS masih menjadi buruan utama investor global.

Dengan memiliki surat utang AS yang besar, posisi tawar China kepada Paman Sam juga terus menguat. China memiliki "senjata" lain untuk "mengancam Amerika Serikat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Beijing Ngamuk, Warga China Direkrut CIA